Minggu, 09 November 2014

Kemarau di Bali



“DAERAH BALI KEMUNGKINAN KEMARAUNYA MASIL LAMA, KENAPA”

Oleh : I Putu Pudja

Kemarau, Di sawah Main Bola (google.com)
aerah Bali memasuki pertengahan Nopember 2014 kelihatannya masih mengalami kemarau. Ditandai dengan semakin kesulitan air dialami oleh daerah semakin meluas. Beberapa desa di Karangaasem dan Kelungkung khususnya Nusa Penida, kesulitan air bersih untuk minumpun masih sulit, sedangkan untuk daerah lainnya masih kesulitan air untuk pertanian dan pakan ternak. Di Jembrana, sesekali hujan dilaporkan sudah turun, sedangkan di Tabanan masyarakat petani, telah mengadakan upacara mapag banyu- menjemput air-D, mapekelem –upacara korban kedasar areal bendungan Telaga Tunjung Timpag, Kerambitan, Tabanan,

Semuanya merupakan pertanda kesulitan air yang dirasakan masyarakat Bali hamper merata. Belum udara panas dan pengap telah setiap hari dirasakan masyarakat di daerah ini. Yang kemudian berdampak pada debu yang menyebabkan penyakit ISPA, flu, atau kebakaran lahan maupun kebakaran di daerah pemukiman. Memang suhu udara tercatat di beberapa stasiun BMKG yang ada di Bali suhu maksimal siang hari dapat mencapai 37 derajat Celsius bahkan beberapa kali sempat melewati suhu psikis ini.
Terkait kejadian ini tentu banyak pertanyaan apa yang menyebabkan kemarau kali ini menjadi panjang dan lebih panas dari biasanya. Tentu bagi yang memudahkan masalah akan segera menjawabnya itu merupakan pemanasa global, atau perubahan iklim. Guna menjawabnya lebih realistis kita coba melihat sejenak kondidi udara di atmosfer Indonesia.

TEKANAN TINGGI
Sampai tulisan ini ditulis, terjadi tekanan udara yang cukup tinggi di perairan selatan khayulistiwa Indonesia, sama dengan yang sedang terjadi di belahan utara daratan Australia yang tekanan udaranya juga lagi tinggi, bila dibandingkan dengan normalnya. DiAustralia utara selama bulan lalu tekanan udara berkisar antara 1012 – 1016 mbar  merupakan tekanan udara yang lebih tinggi antara 4 – 6 mbar. Kondisi ini tidak baik bagi belahan selatan khatulistiwa, karena udara basah dari Lau China Selatan tidak bergerak akan tertarik kewilayah ini secara fisis.

Suhu udara di atas perairan selatan Indonesia masih rendah, juga akan menyebabkan sulit terbentuknya awan hujan. Anomali suhu udara diperairan ini rata-rata 0 – 1 derajat Celcius. Kondisi ini rupanya diperparah dengan berkembangnya tekanan udara rendah berkembang di ujung utara Sumatera tepatnya sekitar NAD, sehingga massa udara di perairan selatan Indonesia menjadi konvergen, buyar tertarik kembali kea rah kenalikannya, sedangkan untuk daerah Aceh sebaliknya akan mendatangkan hujan lebat, bahkan super lebat yang menyebabkan banjir disana.

Rendahnya suhu permukaan laut dan tingginya tekana udara di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia termasuk Bali, telah menyebabkan suhu udara sangat tinggi di siang hari, serta kelembabab yang sangat rendah. Dilaporkan dari hasil pengamatan suhu maksimum berkisar antara 34 – 38 derajat Celsius, dengan kelembaban relative sampai terendah sekitar 35 – 40 persem. Jadi pantas saja menyebabkan panas yang menyengat disiang hari, dan hujan masih susah turun di daerah ini.

KONDISI BALI
Dengan masih berkembangnya tekanan tinggi di belahan utara Australia, dinginnya permukaan laut di perairan selatan Indonesia, serta perkembangan tekanan rendah yang masih sering terjadi di belahan utara khatulistiwa – sekitar Aceh atau sekitar perairan Manado-, akan membuat semakin kering udara di belahan selatan khatulistiwa, termasik di Bali.

Hujan di Balipun kelihatannya harus masih dengan sabar kita tunggu, dengan melihat : (1) menurunnya tekanan udara di belahan utara Australia; (2) meningkatnya suhu perairan selatan khatulistiwa –Samudera Hindia-, dan (3) punahnya tekanan rendah yang berkembang di belahan utara wilayah Indonesia.

Kondisi itu akan memberikan peluang untuk terbentuknya awan di wilayah selatan khatulistiwa, atau terdorongnya udara basah dari Laut China Selatan ke eilayah ini. Kondisi ini akan terjadi bila kondidi normal  terjadi yaitu berembusnya rezim angin monsun baratan, yang memang mempunyai persyaratan terjadi dengan rendahnya tekanan di daratan Asia dan meningginya tekanan udara di benua Australia. Secara nyata kalau sudah terjadi angina baret –baratan- di Bali, itulah pertanda hujan ajan segera datang di daerah ini.

Terus tentu  akan timbul pertanyaan, seperti yang dialami oleh masyarakat Jembrana, nukankan hujan yang turun beberapa kali belakangan ini sebagai pertanda musim hujan. Belum jawabnya sepanjang ketiga kondisi diatas masih berlangsung. Bali akan masih mengalami musim kemarau. Hal ini menjadi perdebatan yang seru diantara pengamat dan peneliti cuava di Indonesia, sepeti yang penulis perdebatkan dengan Dr Paulus Agus Winarso, seorang pakar meteorology tropis, yang juga staf pengajar di Sekolah Tingi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta, minggu lalu dalam menyikapi penyimpangan musim kemarau tahun ini.

Kejadian yang sama juga dilamai beberapa daerah sepanjang jawa – Bali-Nusa Tenggara. Secara umum masih mengalami musim kemarau yang kering, panas menyengat, ditengah beberapa daerah mengalami hujan sesekali. Bahkan beberapa mengalami hujan ekstrem yang disertai angina kencang secara local yang biasanya terjadi saat musim pancaroba. Kita ikuti hujan menimpas secara ekstrem beberapa saat daerah Klaten, daerah Lumajang, maupun daerah Maumere yang biasanya lebih parah kemaraunya bila dibandingkan dengan daerah Bali. Semuanya itu hanyalah anomal kecil menyerupai pancaroba, ditengah anomaly panjang dan besar yang menimpa kemarau kita.

TIGA KONDISI
Dari hasil pemantauan, pengamatan dan penelitian terhadap besaran fisis yang berkembang belakangan ini dapat disimpulan bahwa kemarau di Bali akan masih berlangsung beberapa lama, walau prakiraan musim hujan sudah dirilis yang memprediksi bali akan mulai dilanda musim hujan Nopember 2014 ini. Pengebabnya adalah (1) rendahnya suhu permukaan laut di perairan sekitar Bali sehingga membuat udara miskin uap air sedangkan pasokan dari barat yang dibawa angina monsoon rezim baratan belum mulai sampai saai ini. Ini diakibatkan karena (2) tekanan rendah masih banyak terjadi di belahan utara terutama di atas perairan Aceh dan Manado, sehingga angina menjadi berbalik arah. Kedua kondisi ini menjadikan Bali dan juga daerah selatan Indonesia menjadi kering dan panas, secara regional kedua kondisi ini diperparah oleh (3) tingginya tekanan di belahan utara Australia, yang seharusnya pada saat bulan-bualn ini sudah rendah sehingga angina monsoon rezim baratan berhembus normal.

Dari ketiga fenomena alam itulah yang diamati setiap saat oleh BMKG akan digunajan memberikan warning atau prediksi kaoan sejatinta musim hujan di Bali datang. Ya kita harus tetap harus sabar berpanas rida dan berkeringat sepanjang hari selama ini.
Penulis : Pengajar Pada Sekolah Tinggi Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta,

0 komentar:

Posting Komentar