Jumat, 26 Maret 2010

Garam Dapur Salah Satu Unsur Mencipta Hujan Buatan

Masyarakat Indonesia merasa lega mendengar keberhasilan Proyek Hujan Buatan yang baru-baru ini dipraktekkan di daerah Lombok Selatan. Hal ini merupakan kemajuan setapak lagi dalam mengatasi masalah kekeringan yang menimpa beberapa daerah Indonesia.
Secara singkatnya dapat dikatakan bahwa menciptakan hujan pada prinsipnya adalah mempercepat proses terbentuknya titik-titik air di udara yang biasa disebut awan hujan, yang memenuhi syarat kondisi meteorologi untuk terjadinya hujan. Untuk menciptakan hujan buatan, di udara harus terlebih dahulu sudah ada awan yang kemudian diproses dengan menciptakan kondisi tertentu ke arah terbentuknya awan hujan.

Kalau kita lihat proses hujan secara keseluruhan maka kita akan berhadapan berbagai masalah seperti proses penguapan, kondensasi dan hujan itu sendiri yang akan melibatkan kita kepada pengetahuan tentang Meteo Fisis, yang didalamnya juga akan terdapat Fisika awan itu sendiri. Jadi untuk persiapan atau terjun ke dalam masalah hujan buatan ini perlu memahami pokok-pokok Fisika awan yang erat hubungannya dengan proses perkembangan awan, sehingga terbentuknya butiran air yang kemudian jatuh ke bumi yang dikenal dengan hujan.

Kelembaban Relatif (RH)
Pokok fisika awan yang erat hubungannya dalam proses ini antara lain kelembaban relatif. Ini merupakan perbandingan antara tekanan uap air yang ada dengan tekanan uap air maksimum pada suhu tertentu. Secara teoritis uap air mengembun pada kelembaban relatif 100%. Kelembaban relatif basa juga disingkat RH (Relative Humidity).
RH dan jari-jari butiran erat sekali hubungannya. Makin kecil jari-jari butiran tersebut RH yang diperlukan makin tinggi bahkan diatas 100% untuk menjadikan jenuh udara dan terjadinya kondensasi.
Sedangkan inti kondensasi sangat mempengaruhi kelembaban. Yang merupakan inti kondensasi ini biasanya garam-garaman, hasil pembakaran yang sifatnya higroskopis. Terutama NaCl (garam dapur) yang di udara kadarnya kurang lebih 10 gram per meter kubik. Wilson mendapatkan dari hasil percobaannya untuk air murni akan jenuh pada kelembaban antara 300 sampai 400%.
Proses difusi terjadi antar butiran uap air yang ada sehingga terjadi uap air yang ada sehingga terjadi uap air yang berdiameter lebih besar. Sayangnya proses ini lambat sekali.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa untuk mempercepat proses hujan (hujan buatan) maka kita harus mampu menciptakan suasana atau kondisi yang menunjang dan mempercepat pengembunan atau proses mempercepat terbentuknya butiran air yang lebih besar yang memenuhi syarat untuk terjadinya hujan.
Biasanya dalam proses ini, di udara yang sudah berawan dan memenuhi persyaratan meteorologis yang dikehendaki untuk tujuan ini (hujan buatan) ditaburkan garam yang berfungsi sebagai inti kondensasi untuk mempercepat proses pengembunan dan terciptanya awan hujan.
Garam-garam yang biasa dipakai terdiri dari :
  1. NaCl (garam dapur) yang berbentuk tepung berfungsi sebagai alat untuk memadatkan awan, sifatnya higroskopis.
  2. CaCl2 yang berbentuk tepung berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan awan. Garam ini bersifat higroskopis dan endotermis dalam lingkungan air.
  3. Urea berbentuk larutan berfungsi mendinginkan awan dan menjatuhkannya. Sifat urea ini menghisap panas dari lingkungannya.
  4. CO2 padat (es kering) yang fungsinya sebagai penahan suhu garam agar tidak naik dan sebagai pendinginan awan.
  5. Aerosil sebagai pencegah penggumpalan awan.
Semua zat kimia ini dipakai dalam perbandingan yang tepat dan serasi karena salah dalam komposisi campuran akan berakibat fatal. Sebagai contoh apabila CO2 padat terlalu banyak dapat membuyarkan awan yang telah ada.
Teori hujan buatan yang sudah lama kita kenal dan berhasil diterapkan di negara lain sekarang sudah berhasil juga diterapkan di wilayah Indonesia. Hal ini merupakan salah satu alternatip dalam mengatasi bahaya kekeringan yang tidak jarang dihadapi oleh para petani di negara kita. Keberhasilan ini perlu dikembangkan lagi untuk daerah-daerah lainnya di Indonesia mengingat daerah kita masing-masing memiliki karakter cuaca yang berbeda-beda pula.
Mengingat pemakaian bahan-bahan kimia dalam proyek ini maka perlu adanya penelitian yang sungguh-sungguh terhadap pengaruh yang mungkin akan timbul terutama pada tanaman yang hidup bergantung air hujan buatan tersebut. Sehingga nantinya tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

0 komentar:

Posting Komentar