Kamis, 01 Mei 2014



“GEMPABUMI TEKTONIK ‘GANGGU’ AKTIPITAS GUNUNG API DI JAWA”

Oleh : I Putu Pudja

Gerbang Pendakian Dn Slamet
Beberapa hari terakhir dapat kita ikuti di media masa telah terjadi peningkatan aktipitas gunung api (volkanik) dari Gunung Merapi (Jateng-DIY), Gunung Slamet (Jateng) dan Gunung Bromo (Jatim).  Gunung Merapi mengeluarkan dentuman yang tidak teratur, sampai terdengar hingga 7 kilometer, mengeluarkan asap hitam, mengeluarkan hujan abu, dan adanya materal pijar merayap turun dari puncaknya.


Demikian pula untuk Gunung Slamet, mengeluarkan percikan api, lelehan lava hujan abu, serta dentuman yang didengar secara tidak beraturan jaraknya, serta Gunung Bromo. Bahaya Gung Merapi dan Gunung Slamet, dilaporkan Badan Geologi, masih berada pada kawasan yang terbatas, serta Gunung Bromo masig dalam tahap waspada.

Peningkatan aktipitas kali ini menjadi sangat menarik karena kejadiannya didahului oleh meningkatnya aktipitas gempabumi tektonik di daerah perairan di sebelah selatan Jawa Tengah-Yogyakarta- Jawa TImur. Seperti yang terjadi dengan letusan Merapi 20 April 2014, di dahului oleh gempabumi tektonik sebanyak dua kali tanggal 18 April 2014, demikian pula dengan letusan kemarin 29 April 2014 terjadi didahului oleh gempabumi yang terjadi 28 April 2014.

Bagaimana prose situ bisa terjadi, padahal jarak antara kawah gunung-gunung api tersebut sangat jauh dari sumber gempa tektonik yang mendahuluinya?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita coba lihat data-data gempa tektonik terkait dengan kejadian itu.

GEMPABUMI TEKTONIK
Selama dua bulan, yaitu Maret sampai April 2014 ini di dasar laut selatan Jawa – Bali, tercatat beberapa kali terjadi gempabumi tektonik yang dirasakan goncangannya dan dilaporkan ke BMKG, diantaranya adalah : 
1.       Gempabumi tanggal 28 April 2014,  pk 12 20 WIB, berpusat di 9,0 LS-110,32 BT pada kedalaman 10 km, dengan kakuatan 5,9 SR ;
2.       Gempabumi 27 April 2014, pk. 14 13 WIB, pada posisi 8,76 LS – 109,39 BT pada kedalaman 15 km, dengan kekuatan 4,4 SR, posisinya arah barat daya Kebumen;
3.       Gempabumi 18 April 2014 sebanyak dua kali. (1) pk. 22 07 WIB, pada posisi 9,19 LS – 110,38 BT pada kedalaman 40 km dengan kekuatan 5,3 SR, dan (2) pk 20 33 WIB, pada posisi 9,3 LS – 110,33 BT pada kedalaman 10 km dengan kekuatan 5,6 SR keduanya arah barat daya Gunung Kidul;
4.       Gempabumi 7 April 2014, pk 07 27 WIB, pada posisi 7,19 BT – 110,85 BT pada kedalaman 14 km dengan kekuatan 3,6 SR, posisinya sekitar 13 km arah barat daya Grobogan, Purwodadi.
5.       Gempabumi  21 Maret 2014,  pk 04 32 WIB, berpusat pada posisi 9,76 LS – 114,14 BT pada kedalaman 10 km dengan kekuatan 5,3 SR, posisinya arah barat daya Banyuwangi; 
6.       Gempabumi 16 Maret 2014, pada pk. 21 53 WIB, pada posisi 8,91 LS – 110,99 BT pada kedalaman 12 km dengan kekuatan 5,2 SR, posisinya arah barat daya Pacitan; 
7.       Gempa 9 Maret 2014 pada pk.20 42 WIB, pada posisi 9,2 LS – 112,98 BT pada kedalaman 10 km dan kekuatan 5,4 SR, posisinya arah tenggara Malang;

Secara tektonik Jawa Tengah dan Jawa Timur telah digoyang gempabumi tektonik dari selatan maupun utara sebanyak sedikitnya delapan kali gempabumi tektonik. Proses gempabumi ini secara regional sebenarnya sebagai hasil penekanan lempeng tektonik Indo-Australia sebagai lempeng oceanic, kepada lempeng tektonik Eurasia, sebagai lempeng kontinen. Penekanan terjadi secara massif dan kontinyu, sehingga magma yang terdapat di perut bumi Jawa secara kontinyu juga akan ikut terkompressi.

Nah sisa-sisa material yang berupa fluida, gas maupun cairan ( magma ) di perut bumi Jawa, yang mempunyai penglepasan pada titik titik volkanik, sebagai kawah gunung api ini terkocok-kocok selama dua bulan belakangan ini secara intensif dengan peningkatan gempabumi tektonik, sebagai manifestasi penglepasa energy stress akibat tekanan pada daerah pertemuan kedua lempeng tektonik diatas.

Material gas yang meningkat dan menelusp celah batuan yang sempat tertutup akan mengeluarkan dentuman, sedangkan material magma atau padat yang terdesak dan bergesek dengan material batuan lainnya dalam prosesnya keluar ke permukaan akan menjadikannya berpijar.Pijaran ini yang lah yang disaksikan masyarakat sebagai petir atau kilatan api di puncak merapi, demikian pula lelehan lava dari magma yang sudah melelh keluar akan menyemburkan sinar atau api karena panasnya. Ini yang menyebabkan dalam proses pengeluaran material gunung api di Gunung Merapi,  dan Gunung Slamet berdentum, seperti ledakan balon yang meledak (dalam skala kecil).

Jadi prosesnya sangat sederhana, dimana pelepasan energy dinamik maupun statis gempabumi, berupa tekanan yang terus menerus dua lempeng tektonik sebagai energi statis dan getaran gempabumi sebagai manifestasi merambatnya enegi dinamis. Energi statis ikut memompa material fulida di perut bumi sekitarnya, dan energy dinamis akan mengocok material fluida yang ada di perut bumi yang menjadi dapur magma gunung api yang sedang mengaktip di ats.

Tingkat aktipitas gunung api itu, sangat dipengaruhi oleh posisi dimana material fluida itu berada. Menurut Badan Geologi, material yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi dan Gunung Slamet merupakan pelepasan material yang ada di kedalaman dangkal, sehingga letusannyapun tidak terlalu hedat. Seperti disebutkan diatas, Gunung Merapi dan Gunung Slamet berbahaya hanya sampai daerah terbatas. Sedangkan Gunung Bromo masih dalam tahap waspada.

Mengenai proses selanjutnya akan sangat ditentukan oleh meningkat tidaknya proses gempabumi tektonik, maupun kepastian material yang terganggu di perut gunung api tersebut apakan hanya bagian yang dangkal saja atau juga di kedalaman jauh juga terganggu. Mudah-mudahan saja semuanbya akan menuju kea rah keseimbangan baru segera dicapai.

KASUS SERUPA
Bila menengok sejenak beberapa aktipitas Gunung Api di Indonesia, kelihatannya proses terganggunya aktipitas volkanik karena adanya gempabumi tektonik pernah menimpa pada gunung api di Sulawesi Utara dan Maluku Utara akibat aktiptas gempabumi tektonik yang meningkat di daerah sekitarnya –Melanguane, Kep Sangir Talaud. Gunung tersebut adalah Gunung Lokon (2012) dan Gunung Gamalama.

Sifat ini rupanya juga dimiliki oleh gempabumi tektonik yang terjadi sepanjang perairan Samudera Hindia, selatan Jawa Tengah – Jawa Timur terhadap minimal pada Gunung Merapi, Gunung Slamet, dan Gunung bromo.

Dari kejadian ini dapat dipetik hikmahnya, bahwa aktipitas gempabumi tektonik di selatan Jawa Tengah – jawa Timur, dapat dijadikan ‘warning’ minimal untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya letusan gunung api di daerahnya terutama untuk masyarakat yang ada di daerah berbahaya di ketiga gunung api tersebut.

KESIMPULAN

Dari rangkaian data gempabumi tektonik dan peningkatan aktipitas gunung api ( Merapi, Slamet dan Bromo), antara kedua peristiwa tersebut saling terkait, dimana terjadinya gempabumi tektonik di daerah tepian lempeng tektonik dapat memicu aktpitas gunung api yang ada di bagian dalam lempeng tersebut.

Gemabumi yang terjadi selempeng tektonik dengan posisi gunung api berdekatan dapat digunakan sebagai precursor, pemberi peringatan masyarakat yang ada di daerah bahaya Gunung api, karena ada kemungkinan akan meningkat aktipitasnya.

Penulis : Lektor Kepala, pada Akademi Meteorologi dan Geofisika.

0 komentar:

Posting Komentar