Sabtu, 31 Juli 2010

AKANKAH BANJIR DATANG LEBIH AWAL DI JAWA


Oleh : I Putu Pudja.

Berita banjir kerap terdengar belakangan ini, padahal menurut hitungan musim sebagian besar wilayah Indonesia seharusnya masih di puncak, minimal baru melewati puncak musim kemarau. Namun hujan masih sangat kerap menimpa wilayah yang semestinya mengalami musim kemarau ini. Jakarta, ataupun Jawa secara umum< Bali, Nusa Tenggara selama Juni-Juli 2010 ini masih sering diterpa hujan lebat bahkan mendatangkan banjir, seperti yang menimpa Denpasar, daerah wisata Kuta.Bencana ini menjadikan kuta dan sebagian Denpasar, dalam musim liburan sekolah ini mengalami masa habis kemacetan total datanglah banjir.

Dari wilayah lain di negara kita dilaporkan banjir menimpa : (1) Samosir, akhir April 2010 lalu. Dari lokasi banjir dilaporkan bahwa banjir di Desa Sabulan dan Buntu Mauli, Sitio-tio, Sumatra Utara, bergotong royong menyingkirkan batu dan lumpur dengan peralatan seadanya. Mereka mencari empat warga yang tersapu banjir dan longsor hingga 1 Mei 2010; (2) Banjir di Luwu – Sulawesi . banjir datang setelah hujan deras turun,mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Luwu, Senin (19/7) dini hari, sebanyak lima desa di Kecamatan Larompong terendam banjir dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Walau tidak menelan korban jiwa, namun akibat banjir dan tanah longsor, akses jalan yang menghubungkan beberapa desa di Kecamatan Larompong, Kabupaten Luwu terputus (3) Banjir Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan ini merenggut 2 orang korban jiwa. Banjir di alimantan Selatan ini menggenangi daerah yang cukup luas.
Dari manca negara kita ikuti beritanya, banjir wilayah China dan Pakistan.

  1. Banjir di China akibat Curah hujan yang tinggi sejak 8 Juli berdampak pada 18,3 juta orang di kawasan sepanjang Sungai Yangtze menewaskan 43 orang. Jumlah korban tewas yang dikeluarkan Dinas Penanggulangan Banjir itu termasuk di antaranya korban akibat sambaran petir. Banjir juga mengakibatkan rusaknya 39.000 rumah, 755.000 orang dievakuasi, merusak 974.000 hektare sawah siap panen. Kerugian harta benda ditaksir mencapai 10,6 miliar yen (US$1,57 miliar). Curah hujan penyebab banjir ini dilaporkan sebagai curah hujan tertinggi sejak 1953 di daerah tersebut. Akibat banjir ini sebanyak 55 orang touris Korea Selatan, baru dapat diselamatkan (evakuasi) 31 Juli 2010. Para turis itu selamat tanpa cedera setelah terjebak banjir di kota Muqi, Kabupaten Otonomi Xinbin Manchu.
  2. Banjir di Pakistan Barat, yang merupakan banjir terparah dalam dekade terakhir ini. Banjir diakibatkan oleh hujan deras. Hujan deras yang terus mengguyur kawasan Pakistan barat laut telah menimbulkan banjir terparah dalam beberapa dekade terakhir. Hingga saat ini, lebih dari 400 orang yang tewas akibat bencana alam ini. Menurut laporan awal (31/7/2010) yang diterima dari semua distrik, dilaporkan 408 orang sejauh
Ini tewan. Banjir ini juga telah memaksa ribuan orang untuk mengungsi. Sungai-sungai meluap akibat tingginya curah hujan yang turun.
Derasnya air yang timbul menghancurkan berbagai infrastruktur yang ada. Mulai dari rumah-rumah, jembatan, sekolah hingga rel kereta api.

Salah satu fenomena yang ditengarai sebagai tanda adanya perubahan iklim adalah pergeseran musim, melebar atau menyempitnya unterval musim, meningkat atau menurunnya curah hujan untuk periode yang sama. Kalau dikaitkan dengan peristiuwa banjir yang terjadi di dalam negeri maupun di manca negara, maka ada hal yang menarik dari hampir semua penyebab banjir itu, yaitu curah hujan yang merupakan curah hujan yang tinggi, bahkan merupakan curah hujan tertinggi seperti curah hujan tertinggi untuk banjir China dan Pakistan, dan curah hujan tinggi di hitungan musim kemarau untuk banjir di Samosir, Tanah Bumbu maupun di Luwu.

Fenomena tersebut kalau kita boleh mengaitkannya satu dengan lainnya, maka telah terjadi perubahan iklim menimpa wilayah Indonesia di tingkat lokal, dan Asia di tingkat regional. Fenomena ini perlu di waspadai mengingat banjir yang menyimpang belakangan ini sangat mungkin juga dapat melanda wilayah kita. Fenomenanya dapat berupa banjir akibat curah hujan yang tinggi, saat musim hujan, maupun akibat curah hujan yang terjadi di musim kemarau seperti saat ini, terutama yang menimpa wilayah Kuta, Denpasar, minggu terakhir Juli 2010. contoh lain di lingkup Asia adalah banjir yang melanda Singapura beberapa waktu lalu.

Curah hujan di China akan membuat massa air Laut China Selatan semakin membludak dan pasangpun akan semakin meninggi mengingat sifat pasang diurnal Laut China Selatan yang sangat khas. Peristiwa ini akan memperparah banjir yang terjadi di wilayah Kalimantan Selatan, dan memicu banjir di Pantura Jawa bila di daerah ini turun hujan.

Masih tingginya Suhu Muka Laut di perairan Indonesia, mengakibatkan masih tingginya curah hujan di sebagian besar wilayah kita akibat tingginya penguapan yang terjadi di Indonesia, terutama di wilayah barat. Dengan fenomena tingginya curah hujan di China dan di Asia Selatan (Pakistan dan sekitarnya) menjadikan kita perlu waspada dengan kejadian yang sama dapat melanda wilayah kita.

Bila ada seruakan dingin berkembang melesat ke selatan dari Siberia melintasi Laut China Selatan, sangat mungkin akan meningkatkan curah hujan sepanjang wilayah ini, seperti Vietnam, Laut China Selatan hingga wilayah barat Indonesia Kalimantan, Laut China Selatan, Sumatera , Laut Jawa dan Jawa.

Bila fenomena itu akan saling bersinergi dengan kondisi suhu permukaan laut yang belum kembali normal, dapat diduga wilayah-wilayah langganan banjir di pantura Jawa dan pantai timur Sumatera akan mengalaminya tidak tertutup peluangnya sepanjang sisa kemarau sampai musim hujan 2010-2011 mendatang.

Terkait dengan itu semua masihkan kita perlu bertanya apakah perubahan iklim (climate change) sudah melanda wilayah kita. Bila ya jawabannnya maka langkah langkah mitigasi dan antisipasi. MAPI dengan segala rencana aksi yang telah disusun secara nasional maupun sektoral oleh berbagai kementrian sudah saatnya dialksanakan dengan sistematis, terarah dan saling bersinergi antara satu kementerian dengan kementerian lainnya, antara satu daerah dengan daerah lainnya dengan koordinasi pemerintah pusat. Banjir dalam negeri dan manca negara belakangan ini, merupakan lonceng yang membangunkan kita terutama DNPI sebagai Dewan Nasional Perubahan Iklim untuk mulai beraksi melaksanakan rencana aksi yang telah di buat.

Pemerintah daerah yang wilayahnya merupakan langganan banjir baik banjir akibat curah hujan tinggi, banjir genangan, maupun banjir rob sepanjang daerah yang bersentuhan dengan Laut China Selatan, Laut Jawa seperti pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa sampai pantai barat Sulawesi dan pantai utara Kepulauan Nusa Tenggara perlu mempersiapkan diri menghadapi fenomena perubahan iklim, curag\h hujan tinggi berupa banjir .

Oersiapan tidak hanya perlu dilakukan pada saat musim hujan, namun pada saat sisa musim kemarau ini dengan penyimpangan musim yang terjadi saat inipun sangat perlu dilakukan secara terkoordinasi terencana. Lebih baik sedia payung sebelum hujan.

Penulis : Kepala Pusat Litbang BMKG, Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar