Minggu, 22 Agustus 2010

GEMPA YOGYAKARTA AKIBAT GANGGUAN MARGIN LEMPENG TEKTONIK

Oleh : I Putu Pudja.

Gempa bumi tektonik berkekuatan 5,0 Skala Richter mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, Sabtu (21/8/2010) pukul 18.41.38 WIB. Pusat gempa berada di darat yaitu di 15 kilometer tenggara Kabupaten Bantul dengan kedalaman 10 kilometer, atau pada posisi 8,03 lintang selatan (LS) - 110,39 bujur timur (BT). Pusat gempa di darat, tidak di dasar laut, sehingga tidak menimbulkan atau berpotensi tsunami. Penjelasan Budi Waluyo, Kepala Stasiun GeofisikaYogyakarta. Pusat gempa berada pada sesar baru sekitar 7 kilometer sebelah timur pusat gempa Yogyakarta 27 Mei 2006.
Dampak gempabumi ini berupa kerusakan ringan pada beberapa bangunan di Yogyakarta. Goncangannya dirasakan sepanjang Wonosari – Wonosobo, dengan intensitas tertinggi di daerah Bantul sampai skala V MMI.
Lebih lanjut ia mengatakan penunjaman lempeng samudra yaitu Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia menyebabkan sesar baru di kawasan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, itu aktif sehingga terjadi gempa pada Sabtu malam tersebut. Aktipitas sesar itu berada di kedalaman 10 kilometer di bawah lapisan batuan bumi, sedangkan di atas lapisan batuan merupakan lapisan kapur yang labil sehingga rentan guncangan. Karena itu, saat terjadi gempa dengan kekuatan cukup besar, biasanya menimbulkan kerusakan pada bangunan yang berada di atas lapisan kapur tersebut

Budi Waluyo mengatakan sesar baru tersebut merupakan salah satu sesar minor. Jumlah sesar minor cukup banyak dan merupakan cabang sesar besar atau sesar utama. Sesar minor ada yang membujur dari barat ke timur, maupun dari selatan ke utara.

Lalu timbul pertanyaan kenapa kok patahan purba di kawan Gunung Kidul tersebut belakangan mengaktif?. Apakah aktipitas ini terkait dengan gempa-gempa lain yang belakangan ini terjadi disekitar Jawa?. Mungkinkan aktipitasnya terkait dengan aktipitas Lapindo yang meningkat sebelum gempa terjadi?.

DATA GEMPA
Sebelum gempabumi Yogyakarta, bila kita perhatikan gempa-gempa yang terjadi di sekitar Jawa adalah sebagai berikut : (1) Gempabumi yang dirasakan Karangkates 17 Agustus 2010, dengan intensitas III MMI, terjadi pada posisi 89 km barat daya Malang; (2) Gempabumi yang dirasakan di Pangandaran, 14 Agustus 2010 dengan pusat pada posisi pada 39 km barat laut Bandung; (3) Gempabumi yang dirasakan di Pangandaran, Cianjur, Bogor sampai Jakarta antara II – III Skala MMI dengan pusat 125 km arah barat daya Sukabumi terjadi 12 Agustus 2010; (4) Gempabumi 10 Agustus 2010, yang dirasakan di Pangandaran dan Tasikmalaya II – III MMI, posisi pusat gempa 83 km arah barat daya Tasikmalaya; (5) Gempabumi yang dirasakan di Denpasar, II MMI, dengan pusat pada posisi 87 km timur laut Bangkalan. Data lengkat gempa tersebut tersaji dalam tabel berikut.


 Gempabumi Dirasakan di Jawa dan Sekitarnya


Pola aktipitas gempa kelihatan tetap seperti yang terjadi pada saat rangkaian gempa Pangandaran, Yogyakarta dan Gempa Sotubondo pada saat gempa Yogyakarta 27 Mei 2006. Pola tekanan tektonik diduga masih mengarah ke arah timur laut, sehingga Pulau Jaya sebagai margein lempeng tektonik Eurasia mengalami tekanan yang terus-menerus pada arah tersebut.
Energi gempa yang dilepas sekitar daerah selatan Pangandaran – Ujung kulon, dan daerah sekitar selatan Yogyakarta – Malang, serta Laut Jawa timur laut Jawa merupakan manifestasi pelepasan energi, akibat gangguan gaya tersebut. Rupanya patahan minor yang banyak terjadi menyertai sesar di Jawa, akibat tekanan gaya tersebut terpicu aktipitasnya. Picuan terhadap patahan minor di Panggang Gunung Kidul, sebagai lokasi pusat gempa Sabtu lalu bida juga sebagai mengaktif akibat gempa Yogyakarta , 2006 dan mencapai kematangan energi. Ketika ada gangguan akibat pelepasan energi gempa sekitar Jawa menjadikannya mengaktip.

APAKAH TERKAIT LAPINDO?
Bila kita memperhatikan sejarah mulai aktipnya semburan Lumpur Sidoarjo (Lapindo), yang aktipitasnya terjadi segera setelah gempa Yogyakarta 27 Mei 2006, maka sistem tekanan gaya tektonik yang menunjam di bawah Jawa, sangat mungkin ikut mempunayai andil dalam aktipitas lumpur tersebut.
Terlebih bila kita melihat adanya aktipitas yang meningkat dengan munculnya semburan baru, serta amblesnya beberapa lokasi lapondo diduga ada kaitan antara aktipitas gaya tektonik yang bekerja di margin lempeng tektonik Eurasia, atau Pulau Jawa yang mengalami peningkatan aktipitas kegempaan belekangan ini.
Untuk lebih jelas dan pasti kaitan antara keduanya perlu dikumpulkan data-data tentang aktipitas Lapindo dengan aktipitas kegempaan sekitar Jawa, sepanjang 2006 – 2010 , sehingga korelasi antara keduanya dapat diketahui apakan signifikan, atau tidak.

Penulis : Kepala Pusat Penelitan dan Pengembangan BMKG Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar