Senin, 29 Februari 2016



“REKLAMASI TELUK BENOA “

Kawasan Indah Teluk Benoa, Dimana Tol Laut Berada
Reklamasi atau revitalisasi Teluk Benoa, menjadi sebuah resort wisata menjadi polemik berkepanjangan dan ‘seakan’ tidak ada yang mengarahkan menuju kesebuah pernyelesaian yang komprehensif. Padahal kalau kita jujur melihatnya hal itu merupakan masalah yang sangat sederhana penyelesaiannya asalkan kita mau duduk bersama berdiskusi menyelesaikannya dengan sifat terbuka.
Pihak yang terlibat proses harus menerima masukan dari penolak reklamasi, dan demikian juga pihak anti reklamasi mau mendengarkan alasan mengapa di reklamasi. Hanya saja kenapa wakil-wakil rakyat kita yang membawahi daerah tersebut seakan diam, tidak membawakan aspirasi rakyat yang diwakilinya padahal mereka dipilih masyarakat.
Dalam diskusi seharusnya di lakukan dengan jujur tidak mempunyai pretense dan kecurigaan antara yang satu dengan lainnya, semua demi kepentingan rakyat. Bukankah dalam membangun rumah saja di bali kita minta ijin, atau minimal memberi tahu penyanding. Itu sebagai bentuk dasar kesaling menghormati diantara kita.
Lantas, semua pihak yang berkompeten yang menjadi stake holder harus semuanya mengedepankan kepentingan rakyat, Bali terutama masyarakat yang paling dekat atau terdampak pelaksanaan reklamasi ini. Kalau sebagian besar masyarakat setempat menolak, ya harusnya dihentikan rencana tersebut. Tapi kalau masih ada pro kontra diantara masyarakat setempat ya harus duduk bersama, menyelesaikannya untuk satu suara.
Stake holder bisa saja melibatkan: Pemerintah daerah Kabupaten, Provinsi yang terdampak, akademisi, wakil rakyat, pemuka masyarakat, akademisi, akhli budaya Bali, pelaku pariwisata, masyarakat pariwisata –bisa nasional dan internasional, sebagai konsumen wisata Bali-. Berundinglah semua untuk kepentingan Bali dengan mengesampingkan ego masing-masing, kasihan masyarakat diombang ambingkan dengan masalah ini sehingga demo disana sini, isunya sampai ketingkat regional dan internasional.
Padahal masyarakat kita dikenal dengan musyawarah dan mufakatnta dalam menyelesaikan sebuah masalah social seperti reklamasi ini. Kasihan masyarakat telah membuang buang energi kontra produktif dalam masalah ini. Cobalah berunding, jangan Koh Ngomomg, Ayo berunding ambil satu keputusan mengingat reklamasi juga punya sisi negative dan juga positive.
Reklamasi banyak dilakukan di negara lain, banyak juga di sesali dampaknya setelah dilakukan. Belajar dari pengalaman itu, ambil keputusan, sehingga masyarakat bisa tenang bekerja dengan memanfaatkan energinya secara produktif.
Selamat Berunding, ini hanya obrolan Bele Bengong, cuman masukan sederhana tanpa menggunakan metode dan data yang diperlukan dalam sebuah penelitian ilmiah. Ayo nak Krama Bali, bersatulah ambil keputusan.

0 komentar:

Posting Komentar