Rabu, 25 Desember 2013



KOLABORASI ANGIN BARATAN, SERUAKAN DINGIN ASIA DAN MD NEGATIF AKIBATKAN HUJAN LEBAT DAN GELOMBANG LAUT LEBIH GANAS

Oleh : I Putu Pudja
Cold Surge - Sumber COMET
Memasuki decade ke tiga bulan Desember, kita dikejutkan dengan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir genangan dan banjir bandang, tanag longsor, setalah turun hujan lebat secara berkepanjangan. Bencana itu hampir melanda sebagain besar belahan Jawa bagian selatan mulai dari Sukabumi – Garut, Kebumen – Purworejo, Sepanjang DAS Bengawan Solo, dan Blitar. Ini membuat pertanyaan besar setelah kita sehari hari disibukkan dengan berita pemanasan global.

Mendahului berita tersebut kita ikuti suatu kejadian langka menimpa berbagai belahan dunia ini. Di belahan utara diberitakan musim dingin ini menjadi lebih dingin, dengan di tandai turunnya salju di berbagai Negara termasuk, Negara yang sudah lama tidak mengalaminya. Seperti yang terjadi di China, Vietnam, Mesir, Israel, Palestina. Negara-negera tersebut kecuali sebagian China sudah puluhan tahun lalu mengalami hal serupa.

Tentu akan timbul tanda Tanya apa benar sedang terjadi pemanasan global. Tapi kalau kita jelaskan dengan adanya perubahan iklim kelihatannya lebih pas. Walau sebenarnya perubahan iklim ditengarai karena adanya pemanasa global.

Guna memahami kaitan hal tersebut dengan bencana hidrometeoroogi yang terjadi di Indonesia kita tengok sejenak proses fisis yang menjadikannya demikian.

SERUAKAN DINGIN ASIA
Dinginnya suhu udara di belahan utara bumi, mempunyai dampak meteorologist bagi Indonesia. Pendinginan tersebut menyebabkan tekanan udara di belahan utara, terutama di Asia akan menglirkan udara dingin kea rah selatan. Biasanya mengalir dari Asia Timur, Siberia, Laut Jepang terus Laut China Selatan, menyeberangi khatulistiwa akan berbelok kearah tenggara.
Kondisi ini (1) akan menyebabkansemakin derasnya angin baratan yang sedang bertiup di Indonesia, (2) akan mempercepat proses kondensasi awan konvektif yang lagi subur berkembang di Indonesia karenadalam periode musim hujan, (3) mendorong uap air di Laut China selatan kea rah khatulistiwa, sehingga massa udara basah semakin padat.
Gejala ini telah muncul seminggu sebelum hujan deras terjadi di beberapa wilayah Indonesia, sehingga aktipitas seruakan dingin Asia dapat digunakan sebagai petunjuk dan warning akan hadirnya hujan lebat di beberapa tempat di Indonesia.

MOMEN DIPOLE NEGATIP
Dengan gejala turunnya salju di Mesir, Israel, Palestina dan sekitarnya, menandakan bahwa disisi barat Samudera Hindia sedang berkembang tekanan tinggi, yang berarti suhu udara diatas Samudera Hindia bagian barat, tepatnya di sebelah timur Afrika Utara menjadi relative dingin. Sedangkan tepian timur Samudera Hindia, terutama di sebelah barat Sumatera akan mengalami suhu yang relative panas, sehingga akan terjadi migrasi massa udara dari belahan barat ke belahan timur Samudera Hindia.
Gerakan udara ini akan mempunyai efek yang sama dengan Seruakan Dingin Asia, akan tetapi dia lebih berdampak pada Samudera Hindia, di sepanjang khatulistiwa. Angin baratanpun akan menjadi lebih kencang, massa uap air akan terakumulasi diatas Sumatera dan Jawa, sehingga akan meningkatkan curah hujan di daerah ini. Pantas saja disamping belahan utara Jawa yang terkena curah hujan tinggi, akan tetapi di belahan selatan juga, yang mendatangkan banjir dan longsor di Blitar, Purworejo, Kebumen, maupun Jawa Barat selatan.
Gejala yang terjadi di Samudera Hindia ini, dimana terjadi perbedaan suhu permukaan laut antara tepian barat dan tepian timur Samudera Hindia, sehingga terjadi aliran udara dari pantai timur Afrika ke Sumatera, dikenal dengan Momen Dipole Negatif. Kalau kejadiannya terbalik akan disebut dengan Momen Dipole Positif, yang berdampak kering di Indonesia bagian Barat.

ANGIN BARATAN YANG DIPERKUAT
Memperhatikan dua fenoema cuaca berupa Seruakan Dingin Asia dan Momen Dipole Negatif yang hadir secara bersamaan dengan musim angin baratan di Indonesia, maka di musim hujan 2013/14 ini kelihatannya angin baratan diperkuat oleh dua fenomena tersebut sehingga angin baratannya menjadi kuat, kaya uap air, dan proses kondensasinya menjadi lebih cepat.
Dampaknya terhadap Indonesia tentu berupa tingginya curah hujan di daerah pengaruh fenomena tersebut, bertambag besarnya ombak samudera atau laut dimana pengaruhunta masih terasa. Ini akan membawa dampak lanjutan di daerah yang menerima akibatnya berupa banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
Tepian pantai yang langsung berhadapan dengan dampak fenomena ini, tentu akan menerima kiriman sampah angin baratan yang lebih banyak tahun ini, kemungkinan mengalami abrasi yang lebih intens selama musm hujan tahun ini.
Jadi dapat dikatakan bahwa musim hujan tahun ini akan ditandai oleh kolaborasi antara angin baratan yang basah, ditambah basah dan cepat berkondensasi oleh fenomena Seruakan Dingin Asia dan Momen Dipole Negatif. Dia akan mengakibatkan angin baratan semakin kuat, hujan semakin deras, dan gelombang laut semakin bergelora.

Penulis : Lektor Kepala di Akademi Meteorologi dan Geofisika, sekatang Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

0 komentar:

Posting Komentar