Kamis, 01 April 2010

Jangan Panik Saat Terjadi Gempa

Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah aktif gempa bumi yang memiliki tidak kurang dari 21 daerah rawan gempa merusak yang tersebar dari semenanjung Aceh sampai Jayapura di Irian Jaya. Secara urut daerah rawan tersebut adalah daerah rawan gempa merusak Banda Aceh termasuk Sabang, Blangkejeren, Kotacane, Tapanuli, Padang Panjang, dan sekitarnya.
Kemudian Bengkulu, Lampung, Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah bagian selatan, Malang bagian selatan, pesisir utara Jawa Timur bagian barat, Bali-Lombok-Sumbawa Barat, NTT, dan Timor. Lalu ke arah utara menuju Banda, Ambon-Seram, Sanana, Minahasa-Ternate, Teluk Tomini, Majene-Tinambung, Tanjungselor, Tanjungbatu, Yapen-Waropen, serta Kurima di lembah Jayawijaya.
Sebagian besar daerah rawan tersebut belakangan ini menunjukkan aktivitasnya berupa gempa-gempa terasakan hingga merusak, antara lain di daerah Aceh, Majalengka, Yogyakarta, Bali, NTT, Gorontalo. Bahkan ada yang memiliki rentang lama guncangan hingga beberapa minggu, karena diikuti gempa susulan cukup banyak dan lama, seperti yang menimpa daerah Alor dan sekiyarnya di NTT.
Bila kita perhatikan kembali secara seksama, hampir seluruh daerah rawan tersebut merupakan daerah tujuan wisata yang menjadi program pemerintah dalam Tahun Kunjungan Indonesia’91. Sehingga ada baiknya bila masyarakat yang bermukim pada daerah tersebut, baik pemukim tetap atau sementara sebagai wisatawan, mengetahui beberapa hal yang terkait dengan kejadian gempa bumi serta cara-cara penyelamatan diri.
Hal itu sangat mudah dimengerti, karena sifat bencana gempa merupakan kejadian stokastik yang sampai saat ini waktu terjadinya belum dapat diperkirakan. Hanya daerah potensial serta kekuatannya yang dapat diperkirakan secara baik oleh para pakar dengan studi fisis batuan setempat maupun statistik.

Tiga Periode
Secara garis besar periode yang berkaitan dengan waktu kejadian gempa bumi dibagi menjadi tiga periode, sehingga beberapa pakar menyesuaikan hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengendalian atau penyelamatan diri dalam mengantisipasi kejadian ala mini. Ketiga periode ini adalah prakejadian, saat kejadian, dan pasca kejadian.
Untuk mengurangi kerugian atau korban jiwa akibat gempa bumi, maka Bruce A. Bolt dalam buku ilmiah populernya Earthquake menyarankan kepada penduduk di daerah rawan bencana gempa bumi sebagai berikut:
  1. Sebelum gempa bumi atau periode pra gempa bumi secara umum disarankan untuk lebih mengetahui lingkungannya. Seperti para pemilik bangunan disarankan selalu memeriksa bangunannya secara rutin, terlebih untuk bangunan yang dimanfaatkan umum.
    Penghuni terutama pemilik, disarankan tahu pasti letak radio, lampu senter, sekring listrik, peralatan P3K, kran untuk jaringan kompor gas, kran air ledeng, serta cara operasionalnya. Tentunya ada petugas yang menangani alat-alat tersebut dan sangat tahu cara kerjanya.
    Pada daerah ini disarankan tidak meletakkan barang-barang pecah atau alat-alat berat di atas lemari. Sebaiknya penambat bangunan-bangunan bertiang (termasuk antara lain meja dan lemari) dibuat baik dan kuat.
    Untuk sekolah disarankan mengadakan semacam diskusi – baik secara kurikuler maupun nonkurikuler – antara guru dengan OSIS atau Pramuka tentang cara-cara penyelamatan diri dalam menghadapi bencana yang sering menimpa daerahnya, termasuk gempa bumi. Apalagi untuk sekolah yang memiliki gedung belajar bertingkat harus menyediakan pintu atau jendela darurat untuk penyelamatan diri. Secara umum korban bencana gempa bumi ini diakibatkan kepanikannya sendiri.
  2. Selama gempa bumi dianjurkan tetap tenang. Bagi yang berada di dalam ruang dianjurkan tetap di dalam, serta bagi yang berada di luar bangunan tetap berada di luar bangunan. Pengalaman menunjukkan bahwa kecelakaan menimpa orang yang sedang masuk atau meninggalkan ruang atau bangunan.
    Dalam ketenangan itu usahakan segera putuskan aliran listrik, saluran gas ditutup, matikan kompor bila masih menyala, serta saluran air ledeng. Bila berada di dalam bangunan tetap tenang dan cari tempat yang relatif aman dekat tembok pada pusat bangunan atau berlindung di bawah meja yang kuat atau sejenisnya sampai keadaan dianggap aman.
    Untuk mereka yang berada di luar bangunan usahakan cari tempat terbuka, jangan di bawah jaringan kabel listrik dan jauhi benda yang diperkirakan mudah roboh. Untuk penumpang kendaraan bermotor usahakan berhenti pada tempat yang aman, hindari berhenti di jembatan, dan tetaplah di dalam kendaraan sampai guncangan gempa bumi berhenti.
    Para pekerja yang mengalami guncangan gempa bumi usahakan berlindung di bawah meja atau meubel lainnya yang dianggap kokoh. Hindari pintu dan jendela. Bila berada pada bangunan bertingkat usahakan berlindung dekat kolom utama yang kokoh. Bila sedang dalam aktivitas sekolah usahakanlah tetap tenang serta mencari perlindungan, seperti berlindung di bawah bangku sekolah
  3. Pada periode pasca gempa bumi segera mengadakan pengecekan umum, terutama periksa diri sendiri serta teman lainnya. Barangkali ada yang mengalami kecelakaan atau korban. Bila ada, berikan pertolongan pertama sebisanya sebelum dibawa ke pos kesehatan terdekat. Cek juga semua jaringan listrik, gas, atau air ledeng. Jika ada gangguan segera adakan perbaikan.
    Usahakan pengecekan dilakukan dengan posisi seaman mungkin, karena tidak jarang bangunan roboh setelah guncangan gempa bumi. Setelah pengecekan selesai segeralah keluar bangunan. Apabila melihat retakan mencurigakan pada dinding atau tembok tidak perlu diperiksa, tetapi segeralah keluar bangunan sampai keadaan benar-benar aman. Setelah bisa mengadakan pengecekan.
    Hidupkan radio untuk mendengarkan anjuran atau instruksi pihak berwajib untuk tindakan selanjutnya. Jauhi bangunan yang mengalami kerusakan. Bagi masyarakat pegunungan dianjurkan untuk sementara menjauhi lereng-lereng, bila perlu kegiatan sehari-hari di lereng atau dekat mata air dihentikan karena tidak jarang di daerah ini terjadi longsor setelah gempa bumi. Kejadian seperti ini antara lain pernah menimpa beberapa daerah sepanjang Bukit Barisan, Pantar, Majalengka, dan Sukabumi.
    Masyarakat pantai dianjurkan hati-hati melakukan kegiatan di pantai beberapa waktu setelah guncangan gempa bumi, karena kemungkinan terjadi tsunami bila pusat gempa buminya berada di dasar laut yang berhadapan dengan pantai tersebut. Kejadian ini umumnya terjadi beberapa menit hingga beberapa jam setelah gempa utama. Kejadian ini pernah terjadi di beberapa daerah di Indonesia, seperti sepanjang pesisir barat Sumatera dan selatan NTB-NTT.
    Setelah itu ikutilah semua petunjuk tim terpadu penanggulangan bencana yang kita kenal sebagai tim Satkorlak PB untuk daerah maupun Bakorlak PB untuk pusat.

Mudah Dihitung
Secara umum seri gempa bumi yang terjadi merupakan seri guncangan yang dibedakan menjadi tiga, yaitu gempa pendahuluan, utama, dan susulan. Karena umumnya gempa pendahuluan sulit dideteksi alat, maka tipe gempa bumi di Indonesia pada umumnya merupakan serian gempa bumi tipe II (Mogi, 1963) yang hanya memiliki gempa utama serta gempa susulan. Setiap daerah memiliki jumlah gempa susulan berbeda serta waktunya juga sangat bervariasi dari hanya beberapa jam hingga beberapa tahun lamanya. Sifat ini lebih banyak ditentukan sifat batuan setempat serta kekuatan gempa utamanya. Karena ada korelasi yang baik antara kekuatan gempa dengan panjang patahan yang merupakan generator gempa. Semakin besar gempa buminya tentu kian panjang patahannya, sehingga jumlah gempa susulan menjadi lebih banyak dan lebih lama terhadap gempa utamanya. Untuk mengetahui sampai kapan gempa susulan ini menyertai gempa utamanya, maka di lokasi segera setelah kejadian dipasang alat pencatat gempa bumi jinjing yang akan memonitor jumlah kejadian dari waktu ke waktu. Untuk studi rincinya biasanya paling sedikit dipasang empat alat. Hasil yang diperoleh berupa frekuensi gempa bumi, percepatan tanah, serta karakteristik gempa susulan setempat yang sangat berarti dalam perencanaan berikutnya. Secara teoritis pada peluruhan energi umumnya merupakan fungsi eksponensial terhadap waktu. Demikian juga dalam kejadian gempa bumi – khususnya gempa susulan yang menyertai gempa utama – ditemukan secara empirik menurun eksponensial terhadap waktu. Kronologis data gempa susulan sangat membantu untuk menentukan kapan gempa susulan berhenti atau dianggap aman, sehingga usaha rehabilitasi terhadap bangunan penduduk yang rusak dapat dilakukan. Seringkali gempa susulan ini memperburuk situasi karena juga merusak. Ini ditemukan untuk beberapa kali gempa bumi di Bali, Lombok, dan NTT. Bila suatu daerah diketahui kurva peluruhan gempa susulannya memudahkan mengestimasi kapan berhentinya suatu ancaman gempa susulan ini bila kemudian hari pada tempat yang sama, karena sifat alami yang dimiliki daerah itu cenderung tetap dari waktu ke waktu. Sebagai contoh pada gambar terlihat kurva peluruhan gempa susulan dari gempa bumi Sumbawa 1977. Dengan perkembangan teknologi alat hitung saat ini ternyata dari jumlah pemantauan gempa susulan perperiode (perjam, tiga jaman, enam jaman, atau harian) sangat mudah ditentukan kapan berakhirnya ancaman gempa susulan ini. Perhitungannya mudah dilakukan di lapangan, sekalipun hanya dengan kalkulator ilmiah yang paling sederhana.

Penmas Bencana
Bila menyimak lebih jauh bencana yang terjadi yang mengakibatkan kerugian harta benda serta korban jiwa manusia yang terjadi di Tanah Air, maka sudah waktunya dirintis usaha penerangan masyarakat untuk mengetahui potensi bencana yang dapat menimpa daerahnya. Selain itu mereka juga dibekali pengetahuan praktis dalam usaha penyelamatan diri, seperti pada bencana banjir, longsor, letusan gunung api, gempa bumi, air pasang, maupun yang terkait lingkungan. Sehingga tumbuh masyarakat yang tidak saja sadar lingkungan, tetapi juga sadar bencana yang sewaktu-waktu siap mengancam mereka. Wadah untuk penerangan ini banyak. Masalahnya mau atau tidak memanfaatkannya, seperti lewat klompencapir, pokdarkum, dan pokdarsih. Karena usaha ini menyangkut dan melibatkan berbagai instansi dan kalangan, maka kunci pokoknya adalah koordinasi yang memang selama ini dianggap kata ampuh: gampang diucapkan, tetapi sungguh sulit dilaksanakan.

0 komentar:

Posting Komentar