Selasa, 04 Mei 2010

Debu di Udara Mempengaruhi Pola Hujan

Letak kepulauan Indonesia sangat strategis bila dipandang dari sudut geografis. Diapit dua Samudera dan dua benua, sehingga Indonesia dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, yang masing-masing lamanya 6 bulan.
Indonesia juga dilalui oleh dua jalur gunung api dan dapat dikatakan sebagian besar kepulauan kita adalah Pulau Vulkanik (bergunung api), sehingga mau tidak mau kita harus selalu waspada terhadap bencana yang ditimbulkannya, baik yang secara langsung atau yang tidak langsung.
Salah satu akibat tidak langsung dari gunung api yang sedang meletus adalah efek debu gunung api di udara, seperti efek debu tersebut terhadap penerbangan, kesehatan, dan lain-lain.

Ada Hubungan?
Gunung Merapi di Jawa Tengah sekitar bulan Nopember 1981 yang lalu diberitakan meningkat keaktifannya. Menyusul kemudian berita mulai aktifnya Gunung Slamet di Jawa Tengah. Dinyatakan pula terjadi hujan abu, terdengar suara gemuruh, air kali yang bersumber di sana menjadi keruh serta di hulunya tercium bau belerang, hal ini terjadi 30/12/1981.
Keaktipan dari gunung-gunung berapi tersebut yang disertai hujan abu sudah jelas sangat berpengaruh terhadap konsentrasi debu di udara di atas sekitar gunung api tersebut.
Kejadian ini diikuti terjadinya banjir besar yang melanda sebagian besar P. Jawa, khususnya Jawa Barat dan Jawa Tengah di akhir tahun 1981 yang lalu. Curah hujan saat itu jauh di atas normal. Adakah kaitan kedua kejadian di atas.
Menurut perhitungan serta kebiasaan tahun-tahun yang silam, maka mulai April kita sudah memasuki musim kemarau, akan tetapi apa yang kita alami adalah hujan yang berkepanjangan bahkan sampai bulan Mei 1982. Adakah hubungan musim hujan yang berkepanjangan ini dengan letusan G. Galunggung yang meletus menjelang berakhirnya musim penghujan tersebut (khususnya untuk Jawa Barat).

Proses Hujan
Hujan merupakan proses lanjutan dari proses perawanan di udara. Harus diingat tidak semua awan akan menghasilkan hujan. Untuk terjadinya hujan, awan tersebut harus berkondensasi. Untuk itu memerlukan persyaratan seperti : kelembaban udara, kecepatan serta arah angin, suhu, tekanan udara, dan lain-lain termasuk adanya inti kondensasi yang sangat berperan dalam proses kondensasi tersebut.
Setelah terjadi kondensasi, untuk jatuh ke bumi sebagai hujan, juga masih memerlukan beberapa persyaratan diantaranya adalah ukuran diameter dari titik-titik air hasil kondensasi tersebut.
Betapa besar arti inti kondensasi dalam proses pembentukan kondensasi sehingga dalam proses hujan buatan hal ini juga merupakan salah satu hal yang sangat menentukan, maka dengan adanya debu produksi gunung berapi dalam erupsinya sangat berpengaruh terhadap stabilitas (konsentrasi) udara disekitarnya.
Demikian pula apa yang baru saja terjadi yaitu akibat letusan dari G. Merapi, G. Slamet serta G. Galunggung yang rata-rata menyemburkan debu ke udara sangat besar andilnya dalam perubahan intensitas hujan serta pergeseran berakhirnya musim hujan di daerah sekitar atau daerah yang ditutupi oleh debu gunung tersebut.
Angka prosentase yang pasti akibat efek debu tersebut perlu mendapat perhatian yang serius mengingat letak serta kondisi geografis Indonesia.

Dimuat di harian Sinar Harapan, hari Selasa tanggal 20 Juli 1982

0 komentar:

Posting Komentar