Kamis, 29 April 2010

Gejolak Misterius Bumi Nyalakkan Gunung-gunung

Gunung Manyon di Pilipina, sekitar 320 km dari Manila dan tak jauh dari kota kecil Santo Domingo, hari minggu pekan yang lalu meletus. Tak kurang dari 50.000 orang penduduk yang berada di kaki gunung ini lari tunggang langgang sementara gempa terus berguncang dan asap berdebu serta awan panas meluap dari bibir Mayon yang menyala.
Pilipina tidak jauh dari Indonesia. Hanya sekitar satu setengah jam terbang dari Manado di Sulawesi Utara. Ini artinya, gunung Mayon tak jauh dari gunung Soputan maupun gunung Colo. Bahkan juga tak jauh dari gunung Gamalama di Maluku Utara. Jarak itu lebih dekat lagi dengan gunung Karangetang di pulau Siau, Sangir Talaud.
Bila Mayon dihubungkan dengan garis merah dengan gunung-gunung di Sulawesi Utara maupun Maluku Utara yang secara bergantian meletus beberapa bulan terakhir ini, maka menjadi jelas kemudian bahwa di dalam radius sekitar 1.500 km kawasan itu ada kegiatan ekstra perut bumi yang mengakibatkan gunung-gunung tiba-tiba menyalak secara bersamaan. Ada apa gerangan di sana? Mungkinkan akan tiba waktunya gunung-gunung di kawasan Pasifik Selatan ini bakal meletus bergantian, “kiamat” pun tiba sebelum “perang nuklir” meletus?
Rangkaian peristiwa letusan gunung pada busur ini dapat kita catat beberapa letusan yang sempat menjadikan panik penduduk setempat adalah sebagai berikut.
Diawali oleh letusan gunung Gamalama di Maluku Utara yang terakhir kambuh letusannya adalah pada awal Agustus 1983, yang merupakan seri terakhir letusannya yang terjadi pada periode delapan puluhan ini. Letusan ini tidak sehebat letusan-letusan bulan-bulan sebelumnya, akan tetapi sempat membuat panik penduduk setempat yang sudah kena pengaruh dari berita pengungsian penduduk Pulau Unauna akibat letusan Gunung Colo yang menunjukkan keaktipan yang cukup serius sejak bulan Juli 1983 yang lalu.
Letusan Gunung Colo sempat berkepanjangan dan terasa lebih dahsyat dari sebenarnya akibat adanya peristiwa timbal balik antara peristiwa tektonik dan vulkanik kawasan Teluk Tomini yang terkenal sangat rawan tersebut (rawan dalam artian peristiwa tektonik dan vulkanik). Bencana alam ini mengakibatkan diungsikannya 7000 orang lebih penduduk setempat.
Belum lama berselang setelah redanya letusan Gunung Colo, dari semenanjung Minahasa terdengar berita tentang meletusnya Gunung Soputan yang berada arah barat daya ibu kota Sulawesi Utara tersebut. Letusan Soputan ini sempat juga mengakibatkan aparat setempat turun tangan dengan mengungsikan beberapa desa, serta menyiagakan beberapa desa, serta menyiagakan beberapa desa lainnya yang berada pada lereng gunung tersebut. Letusan gunung Soputan ini dikabarkan meningkat kembali awal September 1984 ini.
Pada awal September 1984 ini dari kawasan yang sama juga dikabarkan meningkatnya aktifitas gunung Karangetang di Pulau Siau, Sangir Talaud. Gunung yang memiliki ketinggian puncak hanya 1784 m ini, kegiatannya dimulai 9 Agustus 1984 yang lalu, dan 5 September 1984 letusannya dengan memuntahkan lahar yang dikatakan mengalir hingga 2 km pada lereng gunung tersebut, sempat menghalau 13.121 orang penduduk Pulau Siau tersebut yang dikatakan sudah akrab dengan tingkah laku gunung Karangateng itu, karena pada periode tujuh puluhan gunung ini menunjukkan keaktifannya dengan periode hanya sekitar 1 tahun. Yang tentunya tidak sehebat letusan yang terakhir ini.
Setelah berita letusan gunung Karangetang ini maka dari busur yang sama circum pegunungan ini diberitakan adanya letusan gunung Mayon di Filipina. Letusan gunung ini tercatat sangat hebat selama seminggu sejak 7 September yang lalu, dan sejak 14 September 1984 ini, dari daerah bencana dikabarkan bahwa kegiatannya telah mereda setelah seminggu memuntahkan pasir, lahar dan batu-batuan. (Kompas, 17 September 1984).
Perlu dicatat pula bahwa didaerah yang sama dengan kejadian di atas, pada periode yang bersamaan juga telah terjadi beberapa kali gempa bumi. Beberapa gempa bumi yang merusak diantara gempa-gempa bumi tersebut dapat kita catat sebagai berikut :
Satu, gempa bumi Una-una yang menjadi gempa-gempa pra letusan meletusnya gunung Colo 17 Juli 1983, yang kemudian terjadi silih berganti antara gempa vulkanik dan gempa tektonik di kawasan Teluk Tomini dimana Gunung Colo (508 m) itu terdapat. Gempa-gempa ini menyebabkan meningginya gelombang pasang di kawasan ini, dan mengakibatkan ditutupnya Teluk ini untuk pelayaran pada akhir Juli hingga Agustus 1983 yang lalu, situasi tambah memburuk akibat cuaca buruk menyertai letusan gunung Colo.
Dua, gempa bumi Toli-Toli. Gempa bumi ini terjadi tanggal 25 Oktober 1983. Pusat gempa berada pada posisi 01,6 LU – 120, 8 BT dengan kedalaman 50 km dan kekuatan 6,0 SR. Gempa ini mengakibatkan kerusakan di Kabupaten Mamuju, dengan dua orang korban jiwa dan tujuh puluhan orang cedera.
Empat, gempa bumi Manado. Gempa bumi ini terjadi pada tgl. 6 Agustus 1984 yang lalu. Gempa ini terjadi pkl 9.01.54,95 WIB dengan pusat gempa 00,12 LS - 122,13 BT dengan kedalaman 200 km dan kekuatan gempa 6,6 SR. Gempa ini dirasakan di Manado dengan intensitas II MMI.

Diskusi
Bila kita perhatikan serian data tentang letusan gunung berapi yang telah terjadi dan diuraikan di atas terlihat beberapa hal yang menarik bahkan cukup menarik yang dapat dikemukakan antara lain : tentang urutan tempat kejadian, jenis letusan maupun peristiwa gempa yang juga menunjukkan frekuensi yang meningkat (khususnya gempa yang merusak) pada periode yang sama.
Memperhatikan tempat kejadian dari gunung-gunung api yang meletus, maka dapat kita ikuti adanya perpindahan (migrasi) aktifitas sepanjang busur pegunungan yang berawal dari Maluku Utara terus melingkar ke arah utara hingga terakhir pada salah satu pulau di Kepulauan Pilipina.
Dari semua letusan gunung-gunung berapi yang disebutkan di atas maka terlihat bahwa semua letusan yang terjadi dapat digolongkan ke dalam letusan sedang ke bawah. Tipe letusan yang terjadi pada umumnya letusan kambuhan sehingga energi yang dilepas pun tidak terlalu besar karena akumulasi energi dalam periode yang pendek. Ini dapat kita lihat dari histories data tentang letusan gunung Gamalama, Colo, Soputan, Karangetang.
Khusus untuk pra letusan gunung-gunung api yang terdapat pada kawasan Sulawesi maka letusan dari gunung api terlihat adanya peristiwa pra letusan berupa gempa-gempa bumi tektonik yang cukup besar. Ini dapat dimengerti karena adanya sistem tektonik lempeng yang aktif pada kawasan ini serta zone tertekan di daerah ini sangat mempengaruhi sistem akumulasi energi strain yang terjadi pada kulit bumi di kawasan ini.

Kesimpulan
Dari uraian singkat dari serian data yang disebutkan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
  1. Daerah gunung api sepanjang busur Maluku Utara – Sulawesi Tengah – Sulawesi Utara – Pilipina yang dikenal dengan busur Pasifik barat daya merupakan jalur gunung api dan jalur gempa bumi aktif.
  2. Pada jalur ini, bila memperhatikan rangkaian waktu dan tempat kejadian peristiwa, maka terlihat adanya migrasi pelepasan energi (keaktifan) dengan arah berlawanan dengan arah jarum jam
  3. Letusan gunung api di daerah ini menunjukkan adanya gejala pra letusan pada saat-saat menjelang letusan. Ini menandakan bahwa penerobosan magma menjelang letusan gunung api di daerah ini sudah mampu mentrigger terjadinya gempa tektonik yang cukup kuat di daerah tektonik, khususnya pada daerah Minahasa dan Teluk Tomini.
  4. Letusan yang terjadi di jalur ini, menunjukkan letusan dari pulau ke pulau dengan letusan bertipe kambuhan dan tergolong letusan sedang ke bawah.


Dimuat di harian Sinar Harapan

0 komentar:

Posting Komentar