HUJAN LEBAT MENGGUYUR
JAWA DAN NUSA TENGGARA MENGAPA?
Oleh : I Putu Pudja
Sumber Foto |
Jakarta hampir lumpuh sebagai akibat
dilanda banjir karena hujan turun begitu deras dan berkepanjangan. Sejak senen Minggu, 12 Januari 2014 banjir itu seudah mulai
mengganangi beberapa daerah ibu kota. Minggu sebelumnya Daerah Aliran Sungai
Bengawan Solo juga diberitakan mengalami banjir karena hujan yang turun di
daerah ini turun secara deras dan berkepanjangan. Juga dalam minggu yang sama
beberapa penerbangan ke Juanda Surabaya sempat dialihkan ke Ngurah Rai Bali,
karena hujan deras menima Surabaya dan sekitarnya sehingga Juanda tidak
memenuhi persyaratan teknis pendaratan.
Pada periode yangs sama juga dilaporkan
Jawa belahan selatan di landa hujan deras yang berkepanjangan, yang menyebabkan
beberapa sungai meluap mengakibatkan banjir sekitar Prembun Kebumen, di daerah
Bandung, serta longsor dibeberapa daerah seperti di Wilayah : Sukabumi, Garut,
sepanjang waiayah antara Purwokerto – Kebumen.
Terhadap semua kejadian itu timbul, kenapa
Jakarta, begitu juga Jawa kok mengalami curah hujan yang begitu seras dan
berkepanjangan sehingga menyebabkan bencana banjir yang melumpuhkan ibu kota.
Dan pertanyaan itu dapat diperluas kenapa daerah Jawa dan sekitarnya pada musim
hujan ini dilanda hujan deras berkepanjangan.
PERUBAHAN IKLIM
Salah satu gejala perubahan iklim yang
diskenariokan oleh para pakar adalah berubahnya pola hujan disauatu daerah.
Bisa intensitasnya berubah, bisa juga lama hujannya berubah. Skenario musim di
Indonesia juga telah lama dibuatkan modelnya terkait dengan perubahan iklim
ini. Diantaranya banyakd aerah yang akan meningkat curah hujannya dengan
penyempitan lama musim hujan, juga beberapa daerah mengalami penurunan curah
hujan namun bertambah hari hujannya.
Nah bila kita perhatikan fenomena
perubahan yang terjadi belakangan ini kelihatannya sangat signifikan terjadi
secara global. Kita ikuti badai salju yang menimpa Amerika Serikat pada musim
dingin ini sangat hebat, dengan suhu yang sangat rendah jauh melampaui suhu udara
normal musim dingin. Salju juga turun secara tidak biasa di beberapa daerah
yang sudh cukup lama tidak mengalami hujan salju, seperti di China, Mesir,
Israel, palestina dan beberapa daerah wilayah Timur Tengah. Itu semuanya
terjadi di belahan bumi utara.
Di belahan bumi selatan juga terjadi
fenomena sebaliknya, di Australia terjadi tekanan udara rendah, dengan suhu
yang cukup tinggi diatas rata-rata musm panasnya. Akan tetapi kita juga ikuti
kapal ekspedisi Rusia yang terkurung es tebal dan tak terperangkap di Kutub
Selatan, sehingga mendapat bantuan beberapa kapal pemecah es agar dapat
melanjutkan perjalanannya.
Perubahab global maupun regional ini
rupanya melahirkan fenomena yang memperburuk musim hujan di Indonesia. Fenoena
tersebut berupa (1) Seruakan Dingin Asia ( Asia Cool Surge); (2) Momen Dipole
Negatif; (3) Timbulnya mata siklon di perairan selayan Indonesia Tengah.
Seperti yang terjadi di perairan selatan NTB.
PERKUAT ANGIN BARATAN
Fenomena Seruakan dingin Asia, merupakan
angin dingin yang datang darti utara –
tepatnya dari utara-timur laut ) melintasi Laut Jepang-Laut China Selatan
menuju khatulistiwa. Setalah melintas khatulistiwa akan berbelok kea rah
tenggara karena dampak Gaya Boys Ballot. Angin ini membawa udara yang relatif
dingin dan mendorong lebih kuat angin baratan pada musim hujan ini yang kaya
uap air melintasi Laut Chia Selatan.
Fenomena kedua merupakan pergerakan
angin yang relatif dingin dari daratan Afrika melintasi Samudera Hindia menuju
perairan barat Sumatera sepanjang khatulistiwa. Massa air diatas Samudera
Hindia kaya akan uap air. Sesampainya di atas Sumatera angin ini semakin kuat,
membuat resultante saling memperkuat bergerak ke arah timur –tenggara sepanjang
sisi selatan khatulistiwa. Sehingga
massa air ini terdorong cepat dan kuat kea rah timur, menjadikan awan di atas
Sumatera bagian selatan sampai atas Jawa.
Ditinjau dari proses kondensasi, massa
udara dingin dari kedua fenomena (seruakan dingin Asia dan Momen Dipole Negatif
) akan mempercepat proses awan menjadi hujan. Akibat proses yang super cepat
dan dingin sampai nterkadang menyebabkan hujan es, seperti yang terjadi di
Bogor, Cileungsi dan Bandung.
Tumbuhnya mata-mata siklon tropis,
diperairan selatan NTB menarik udara yang kaya dengan uapa air itu semakin
ketimur, dan menjadikan angin baratan yang sudah kuat ini menjadi semakin kuat,
sehingga hujan yang deras berkepanjangan, juga melanda Bali dan NTB.
Mengingat fenomena-fenomena cuaca
tersebut masih berlangsung juga, maka hujan deras yang melanda daerah Jakarta-
baca Jawa, Bali dan NTB diperkirakan akan masih terus berlangsung, sejalan
dengan musim hujan 2014 yang menuju puncaknya. Untuk itu memang sudah
sewajarnya masyarakat yang mukim di daerah langganan banjir perlu waspada yang
berkepanjangan untuk musim hujan kali ini. Mengingat sifat waktu yang lama dan
proses kondensasi yang dipercepat ini, maka hujan yang turun diperkirakan akan
tatap lebih deras dan lama dari biasanya.
Dengan demikian dapat kita
katakana sebagai simpulan bahwa hujan deras berkepanjangan yang berdampak
banjir di Jakarta dan beberapa tempat lainnya di Jawa, merupakan akibat
kolaborasi antara angin baratan musim hujan yang kaya uapa air, di’perburuk’
oleh kemunculan Seruakan Dingin Asia, Momen Dipole Negatif dan munculnya daerah
tekanan rendah berupa mata siklon, diperairan selatan NTB.
Penulis : aktif di BMKG, Dosen pada Akademi Meteorologi dan Geofisika.
Catatan
: Tulisan ini telah dimuat di Harian Sinar Harapan edisi 17/01/2014
Hujan Lebat Banjir