MODIFIKASI CUACA HANYA USAHA
MERANGSANG HUJAN
Oleh :
I Putu Pudja
Sumber : http://wartakota.tribunnews.com/foto/bank/images/20140121alur-kerja-modifikasi-cuaca.jpg |
Musim hujan kali
ini berdampak banjir yang sangat luas di tanah air. Bahkan di Jakarta dan
pantura disamping intensitas banjir nya bertambang tinggi, juga waktu banjir
kelihatannya sambung menyambung, sehingga banjir berkepanjangan, membuat sangat
banyak pendapat tentang hal ini. BPPT telah menawarkan kepada Pemda DKI sebuah
teknologi yang mereka sebutkan dengan modifikasi cuaca untuk mengatasi hujan
lebat yang menimpa wilayah Jakarta.
Banyak pihak yang
skeptis terhadap program ini, yang sudah dilaksanakan dengan biaya yang cukup
wak Rp 20 Milyar. Dan hasilnya konon mampu mengurangi curah hujan 22 persen.
Kita tidak mencoba membahas tingkat keberhasilan dan kegagalannya teknologi
ini. Namun mencoba mengenal lebih jauh apa sih sebenarnya teknologi modifikasi
cuaca ini. Kedengarannya kita kok menentang takdir kata beberapa komentar
masyarakat di sosmed –sosial media-.
Teknologi itu
sebenarnya mempunyai konsep sama dengan konsep
‘nerang’ di Bali yang banyak dilakukan oleh juru terang yang masih
banyak dicari saat melaksanakan hajatan atau membuat keramaian seperti nanggap
arja, drama dan lain-lain di Bali.
NERANG DAN MODIFIKASI CUACA
Penulis sempat
berbincang dengan seorang Balian, yang juga mempunyai kemampuan Nerang, dari
Cau, Marga Tabanan, yaitu Bapak Sribudi. Beliau menceriterakan bahwa kegiatan
nerang itu adalah sebuah kegiatan untuk :
- Menahan awan yang menutupi suatu daerah dalam waktu tertentu, semakin pendek waktunya semakin mudah dilakukan kata beliau, dan atau
- Memindahkan awan yang menutupi suatu daerah ke daerah lain, agar hujannya turun di daerah lain diluar objek yang dibuat terang –baca tidak ujan-.
Beliau menggunakan
doa, diikuti dengan kemampuan supra natural yang dimiliki. Menurut beliau
memang lebih banyak berhasil, terutama kalau waktunya semakin singkat dan
luasan daerah yang ditutup tidak hujan semakin sempit.
Demikian juga
dengan modifikasi cuaca, tidak lain adalah suatu proses mempercepat turun hujan
dari awan yang ada di udara, sehingga turun menjadi hujan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa teknologi ini sebenarnya adalah teknologi hujan buatan. Lho kok
di Jakarta musim hujan malah membuat hujan buatan lagi.
Nah hujan buatan
disini, sama dengan konsep nerang, yaitu menurunkan hujan ditempat lain, yang
dampak airnya tidak membuat banjir. Kita ketahui bahwa asal terbesar penguapan
untuk menjadi awan adalah lautan, sehingga pembentukan uap air menjadi awan
secara logika akan terbentuk di atas lautan. Karena proses angin awan itu akan
terdorong kedaratan, apakan angin itu angin laut atau angin monsun.
Kalau akibat
dorongan angin laut, maka proses itu akan berlangsung siang hari, sehingga
secara statistik seperti Jakarta dan daerah lainnya di Indonesia, hujan lebat
akan lebih banyak dan sering turun setelah siang hari. Untuk memodifikasi cuaca
dalam keadaan seperti ini adalah bagaimana menurunkan hujan sebelum awan
tersebut sampai di atas daratan, atau masih di atas laut. Itu yang dilakukan
oleh teknokrat BPPT, sehingga secara teoritis masuk akal. Modifikasi cuaca
pengurangan banjir adalah teknologi hujan buatan, yang mempercepat awan menjadi
hujan dan turun sebelum masuk ke daearah, sehingga hujannya di laut bukan di
DAS penyebab banjir. Sederhana kan.
Persoalannya muncul
pada angin yang akan dilawan cepat-sepatan dalam teknologi ini, serta cakupan
wilayah awan yang begitu luas saat musim hujan seperti ini, yang dikatakan
dipengaruhi dinamika global dan regional sehingga intensitas hujan menjadi
meninggi, pembentukan awan sangat progresif.
Untuk kasus
modifikasi cuaca di Jakarta dengan hanya satu pesawat Hercules, berapa sih
luasan yang mampu ditaburi bahan hujan buatan itu, dan berapa cepat sih
kecepatan pesawat ini dengan kecepatan angin, apalagi kalau anginnya berubah
ubah, apalagi bila dibadingkan titik sebar bahan yang ditabur atau disemai,
dapat dikatakan hanya sebuah titik bila dibandingkan dengan langit Jakarta.
Bahan yang ditabur
adalah bahan yang mampu mempercepat awan menjadi hujan, jadi ingat hujan buatan
hanya bisa dilakukan kalau sudah ada awan. Tidak mampu membentuk awan. Bahan
yang ditaburkan bahan yang mampu memperdingin kondisi awan dan berisfat
mendinginkan sehingga cepat terjadi kondensasi yang memenuhi syarat butiran
hujan. Bahan tersebut berupa garam dapur, es kering, atau urea. Semua bahan
tersebut mempunyai sifat sebagai inti kondensasi dan membuat lingkungan lebih
dingin. Ingat tukang es putar yang selalu manambahkan garam pada lapisan es
pendingin yang disusun diluar kaleng es putarnya.
Jadi secara
teoritis memang modifikasi cuaca itu mampu memindahkan turun hujan, tapi
kecepatannya akan kalah dengan proses penyebaran awan, apalagi seluruh langit
seperti jakarta tertutup awan, kalau sporadis awannya memang akan lebih
berhasil. Begitu juga seperti telah disebutkan sebelumnya kemampuan tabur
sebuah pesawat terbang, yang sangat terbatas kecepatan dan keringgiannya,
menjadikan posesnya dapat dikatakan akan tidak sangat efektif. Ini juga
dijadikan alasan bahwa teknologi ini tidak digunakan oleh negara maju dan kaya
dalam membuat hujan buatan atau mengurangi banjir, seperti Amerika misalnya.
Sekali lagi,
seharusnya oleh pengambil keputusan untuk teknologi modifikasi cuaca ini perlu
lama ditimbang-timbang sebelum diputuskan diterapkan untuk mengurangi curah
hujan.
PROSPEK DI BALI
Untuk Bali,
teknologi ini kelihatannya sangat prospek digunakan mengisi debit air danau
yang banyak terdapat dibali, pada saat penghujung musim kemarau, dimana di
datas pegunungan di Bali masih kaya dengan awan, yang bisa dipacu untuk menjadi
hujan mengisi air danau. Perlu diingat awan di pegunungan ini biasanya sangat
berkelompok, dan mudah terpencar lagi kalau diembus angin pancaroba, sehingga
potensial untuk diprematurkan menjadi hujan.
Hujan buatan ini
tidak membahayakan bila dijadikan air baku atau bila mengguyur daerah pertanian, karena bahan yang dipakai adalah
urea, garam dapur atau es kering. Namun tentu tidak efektif digunakan untuk
memindahkan daerah hujan, sepanjang musim hujan yang berpotensi banjir ini.
Sifat hujan di
Bali, saat musim hujan akan segera turun bila sudah mendung tebal, dengan
pergerakan yang sangat cepat dari atas lautan selatan menuju daratan. Ingat
hujan Klecung, yang dikenal di daerah Tabanan, akan segera turun hujan bila ada
awan tebal atau Cb, yang terbentuk di arah barat daya, dan segera bergerak ke
darat. Sudah dapat diduga daerah yang ditutupinya akan segera turun hujan.
Demikain teknologi modifikasi cuaca yang sedang diterapkan di DKI
Jakarta, yang mempunyai konsep dengan konsep juru terang yang menggunakan
kekuatan supranatural dan masih ada di Bali, yaitu teknologi memindahkan turun
hujan disuatu daerah kedaerah lain, atau tepatnya membuat hujan prematur turun
sebelum awannya mencapai daerah yang dilindungi agar curah hujannya tinggi.
Melihat kemampuan tebar bahan hujan buatan,
cepat dan llingkupannya, maka teknologi ini kurang efektif untuk
‘memandulkan’ awan agar tidak menurunkan hujan disuatu tempat.
Modifikas Cuaca banyak dinilai gagal, coba baca artikel berikut.
BalasHapus