“GEMPABUMI TEKTONIK ‘GANGGU’ AKTIPITAS GUNUNG API DI JAWA”
Oleh : I Putu Pudja
Gerbang Pendakian Dn Slamet |
Beberapa hari terakhir dapat kita
ikuti di media masa telah terjadi peningkatan aktipitas gunung api (volkanik)
dari Gunung Merapi (Jateng-DIY), Gunung Slamet (Jateng) dan Gunung Bromo
(Jatim). Gunung Merapi mengeluarkan
dentuman yang tidak teratur, sampai terdengar hingga 7 kilometer, mengeluarkan
asap hitam, mengeluarkan hujan abu, dan adanya materal pijar merayap turun dari
puncaknya.
Demikian pula untuk Gunung
Slamet, mengeluarkan percikan api, lelehan lava hujan abu, serta dentuman yang
didengar secara tidak beraturan jaraknya, serta Gunung Bromo. Bahaya Gung
Merapi dan Gunung Slamet, dilaporkan Badan Geologi, masih berada pada kawasan
yang terbatas, serta Gunung Bromo masig dalam tahap waspada.
Peningkatan aktipitas kali ini
menjadi sangat menarik karena kejadiannya didahului oleh meningkatnya aktipitas
gempabumi tektonik di daerah perairan di sebelah selatan Jawa
Tengah-Yogyakarta- Jawa TImur. Seperti yang terjadi dengan letusan Merapi 20
April 2014, di dahului oleh gempabumi tektonik sebanyak dua kali tanggal 18
April 2014, demikian pula dengan letusan kemarin 29 April 2014 terjadi
didahului oleh gempabumi yang terjadi 28 April 2014.
Bagaimana prose situ bisa
terjadi, padahal jarak antara kawah gunung-gunung api tersebut sangat jauh dari
sumber gempa tektonik yang mendahuluinya?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
kita coba lihat data-data gempa tektonik terkait dengan kejadian itu.
GEMPABUMI TEKTONIK
Selama dua bulan, yaitu Maret
sampai April 2014 ini di dasar laut selatan Jawa – Bali, tercatat beberapa kali
terjadi gempabumi tektonik yang dirasakan goncangannya dan dilaporkan ke BMKG,
diantaranya adalah :
1. Gempabumi
tanggal 28 April 2014, pk 12 20 WIB,
berpusat di 9,0 LS-110,32 BT pada kedalaman 10 km, dengan kakuatan 5,9 SR ;
2. Gempabumi
27 April 2014, pk. 14 13 WIB, pada posisi 8,76 LS – 109,39 BT pada kedalaman 15
km, dengan kekuatan 4,4 SR, posisinya arah barat daya Kebumen;
3. Gempabumi
18 April 2014 sebanyak dua kali. (1) pk. 22 07 WIB, pada posisi 9,19 LS –
110,38 BT pada kedalaman 40 km dengan kekuatan 5,3 SR, dan (2) pk 20 33 WIB,
pada posisi 9,3 LS – 110,33 BT pada kedalaman 10 km dengan kekuatan 5,6 SR
keduanya arah barat daya Gunung Kidul;
4. Gempabumi
7 April 2014, pk 07 27 WIB, pada posisi 7,19 BT – 110,85 BT pada kedalaman 14
km dengan kekuatan 3,6 SR, posisinya sekitar 13 km arah barat daya Grobogan,
Purwodadi.
5. Gempabumi 21 Maret 2014, pk 04 32 WIB, berpusat pada posisi 9,76 LS –
114,14 BT pada kedalaman 10 km dengan kekuatan 5,3 SR, posisinya arah barat
daya Banyuwangi;
6. Gempabumi
16 Maret 2014, pada pk. 21 53 WIB, pada posisi 8,91 LS – 110,99 BT pada
kedalaman 12 km dengan kekuatan 5,2 SR, posisinya arah barat daya Pacitan;
7. Gempa
9 Maret 2014 pada pk.20 42 WIB, pada posisi 9,2 LS – 112,98 BT pada kedalaman
10 km dan kekuatan 5,4 SR, posisinya arah tenggara Malang;
Secara tektonik Jawa Tengah dan
Jawa Timur telah digoyang gempabumi tektonik dari selatan maupun utara sebanyak
sedikitnya delapan kali gempabumi tektonik. Proses gempabumi ini secara
regional sebenarnya sebagai hasil penekanan lempeng tektonik Indo-Australia
sebagai lempeng oceanic, kepada lempeng tektonik Eurasia, sebagai lempeng
kontinen. Penekanan terjadi secara massif dan kontinyu, sehingga magma yang
terdapat di perut bumi Jawa secara kontinyu juga akan ikut terkompressi.
Nah sisa-sisa material yang
berupa fluida, gas maupun cairan ( magma ) di perut bumi Jawa, yang mempunyai
penglepasan pada titik titik volkanik, sebagai kawah gunung api ini
terkocok-kocok selama dua bulan belakangan ini secara intensif dengan
peningkatan gempabumi tektonik, sebagai manifestasi penglepasa energy stress
akibat tekanan pada daerah pertemuan kedua lempeng tektonik diatas.
Material gas yang meningkat dan
menelusp celah batuan yang sempat tertutup akan mengeluarkan dentuman,
sedangkan material magma atau padat yang terdesak dan bergesek dengan material
batuan lainnya dalam prosesnya keluar ke permukaan akan menjadikannya
berpijar.Pijaran ini yang lah yang disaksikan masyarakat sebagai petir atau
kilatan api di puncak merapi, demikian pula lelehan lava dari magma yang sudah
melelh keluar akan menyemburkan sinar atau api karena panasnya. Ini yang
menyebabkan dalam proses pengeluaran material gunung api di Gunung Merapi, dan Gunung Slamet berdentum, seperti ledakan
balon yang meledak (dalam skala kecil).
Jadi prosesnya sangat sederhana,
dimana pelepasan energy dinamik maupun statis gempabumi, berupa tekanan yang
terus menerus dua lempeng tektonik sebagai energi statis dan getaran gempabumi
sebagai manifestasi merambatnya enegi dinamis. Energi statis ikut memompa
material fulida di perut bumi sekitarnya, dan energy dinamis akan mengocok
material fluida yang ada di perut bumi yang menjadi dapur magma gunung api yang
sedang mengaktip di ats.
Tingkat aktipitas gunung api itu,
sangat dipengaruhi oleh posisi dimana material fluida itu berada. Menurut Badan
Geologi, material yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi dan Gunung Slamet
merupakan pelepasan material yang ada di kedalaman dangkal, sehingga letusannyapun
tidak terlalu hedat. Seperti disebutkan diatas, Gunung Merapi dan Gunung Slamet
berbahaya hanya sampai daerah terbatas. Sedangkan Gunung Bromo masih dalam
tahap waspada.
Mengenai proses selanjutnya akan
sangat ditentukan oleh meningkat tidaknya proses gempabumi tektonik, maupun
kepastian material yang terganggu di perut gunung api tersebut apakan hanya
bagian yang dangkal saja atau juga di kedalaman jauh juga terganggu.
Mudah-mudahan saja semuanbya akan menuju kea rah keseimbangan baru segera dicapai.
KASUS SERUPA
Bila menengok sejenak beberapa
aktipitas Gunung Api di Indonesia, kelihatannya proses terganggunya aktipitas
volkanik karena adanya gempabumi tektonik pernah menimpa pada gunung api di
Sulawesi Utara dan Maluku Utara akibat aktiptas gempabumi tektonik yang
meningkat di daerah sekitarnya –Melanguane, Kep Sangir Talaud. Gunung tersebut
adalah Gunung Lokon (2012) dan Gunung Gamalama.
Sifat ini rupanya juga dimiliki
oleh gempabumi tektonik yang terjadi sepanjang perairan Samudera Hindia, selatan
Jawa Tengah – Jawa Timur terhadap minimal pada Gunung Merapi, Gunung Slamet,
dan Gunung bromo.
Dari kejadian ini dapat dipetik
hikmahnya, bahwa aktipitas gempabumi tektonik di selatan Jawa Tengah – jawa
Timur, dapat dijadikan ‘warning’ minimal untuk meningkatkan kewaspadaan
masyarakat terhadap bahaya letusan gunung api di daerahnya terutama untuk
masyarakat yang ada di daerah berbahaya di ketiga gunung api tersebut.
KESIMPULAN
Dari rangkaian data gempabumi
tektonik dan peningkatan aktipitas gunung api ( Merapi, Slamet dan Bromo),
antara kedua peristiwa tersebut saling terkait, dimana terjadinya gempabumi
tektonik di daerah tepian lempeng tektonik dapat memicu aktpitas gunung api
yang ada di bagian dalam lempeng tersebut.
Gemabumi yang terjadi selempeng
tektonik dengan posisi gunung api berdekatan dapat digunakan sebagai precursor,
pemberi peringatan masyarakat yang ada di daerah bahaya Gunung api, karena ada
kemungkinan akan meningkat aktipitasnya.
Penulis : Lektor Kepala, pada
Akademi Meteorologi dan Geofisika.
Multiple trigering betwenTektonic and Volcanic dinamic.