Sering kita mengikuti berita-berita pada media massa tentang gejala alam (gejala cuaca) yang menyimpang dari keadaan-keadaan yang biasa.
Berita-berita tersebut antara lain : Hujan lebat di tengah-tengah musim kemarau yang menyiram ibukota 29 Juli 1980 yang lalu. Curah hujan saat itu di atas 100 mm, merupakan angka di atas normal untuk Jakarta, apalagi saat musim kemarau.
Gelombang panas menimpa Amerika Selatan bagian barat daya, dimana tercatat temperatur berkisar antara 41-44 derajat Celcius, dan 168 korban jiwa karena kepanasan.
Berita kekeringan dari Afrika dan daratan RRC mengakibatkan bencana kelaparan karena panen yang gagal, dan korban jiwa tercatat di Uganda akibat kelaparan juga sehingga sebagian dari bantuan dunia tertuju ke daerah kelaparan ini.
Tercatat pula berita masalah banjir yang melanda Eropah tengah, Uni Soviet dan India. Dikatakan di India 150 orang sedikitnya tewas, 1,2 juta hektar tanah pertanian terendam air, serta ribuan rumah roboh akibat banjir. Juga tak ketinggalan berita tentang musim panas yang terdingin dialami di Jepang dalam kurun waktu 78 tahun terakhir ini.
Kejadian-kejadian tersebut, di atas memang aneh bagi para ahli yang berkecimpung di dalamnya karena merupakan penyimpangan dari kejadian-kejadian (gejala-gejala) cuaca yang normal, yang mungkin mempunyai efek yang panjang terhadap pola musim. Iklim, flora, maupun fauna di suatu daerah.
Nah bila demikian halnya, sekarang kita coba tinjau salah satu masalah ruang yang sangat erat hubungannya dengan gejala-gejala cuaca kita yaitu atmosfer kita sendiri. Tentunya bagian yang dekat dengan permukaan bumi.
Komponen Udara dan Zat Pencemar Udara
Terjadinya banyak penyimpangan di dalam gejala udara (cuaca) itu sangat erat hubungannya dengan konsentrasi dari komponen-komponen penyusun udara tersebut, terutama komponen-komponen asing yang ikut menjadi penghuni udara itu, baik secara temporer maupun secara langgeng.
Dalam keadaan normal komponen-komponen udara terdiri dari: Nitrogen (78,08 pCt), Oxigen (20,95 pCt), Argon (0,93 pCt), Karbon dioxide (0,03 pCt) dan zat-zat lain seperti : Neon, Helium, Methana, Kripton, Oxida Nitrogen, Ozon, Hidrogen, Xenon, Radon dan debu berbentuk partikel-partikel kecil. Ozon walaupun secara kuantitatip sangat kecil jumlahnya di udara namun sangat berperan dalam pembentuk pola cuaca dan bagi kehidupan di bumi. Ozon dapat dikatakan merupakan selimut yang melindungi bumi dari pancaran gelombang sinar matahari yang merusak kehidupan makhluk hidup di bumi. Ozon merupakan hasil reaksi antara ultra ungu dan oxygen. Ozon ini terbesar konsentrasinya pada ketinggian sekitar 30 km. Dengan fungsinya yang sangat penting itu maka apabila kelestarian dari ozon tersebut terganggu maka akan berakibat fatal terhadap pola cuaca pada permukaan bumi. Kalau demikian halnya maka mari kita tinjau terlebih dahulu zat-zat yang dapat mengganggu konsentrasi ozon di udara.
Zat-zat yang dapat merusak kesetimbangan konsentrasi ozon di udara adalah : Zat radioaktip hasil sampingan percobaan-percobaan nuklir, pesawat supersonik, dan zat-zat pencemar udara lainnya seperti Fluorid yang merupakan bahan-bahan sprei yang sedang populer sekarang penggunaannya, misalnya untuk obat nyamuk, minyak rambut, dan lain-lain, walaupun zat-zat yang terakhir ini mempunyai bobot yang cukup sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengendap kembali ke bumi.
Adanya pengrusakan lapisan ozon oleh pencemar-pencemar tersebut di atas, dan bertambahnya polutan (pencemar) di permukaan atau pada udara dekat permukaan karena bertambahnya hasil pembuangan, pembakaran, oleh teknologi maju baik industri maupun kendaraan bermotor, seperti CO2, CO, No, Belerang Oxid, Hydro Carbon, serta dengan debu radioaktip, akan merubah pola cuaca kita dan kemudian akan mempunyai efek lanjutan terhadap pola musim, iklim, flora, dan fauna di permukaan bumi.
Hal lain yang juga sering menyertai polusi udara dekat permukaan adalah : Inversi yang terjadi dekat permukaan yang diakibatkan oleh beberapa zat pencemar yang melayang-layang dekat permukaan antara lain CO2 yang bersifat meneruskan radiasi matahari akan tetapi menyerap radiasi bumi, sehingga terjadilah inversi dimana lapisan udara yang secara teoritis lebih dingin terhadap yang lainnya, karena hal ini maka terjadinya akan terbalik.
Kesimpulan
Dari uraian singkat di atas dapat dipetik bermacam kesimpulan antara lain : Adanya perubahan pada pola cuaca belakangan ini sangat erat kaitannya dengan pencemaran udara. Pola cuaca yang berubah-ubah ini akan mengakibatkan pola musim yang tak menentu yang akan sangat berpengaruh pada sektor-sektor lain seperti sektor pertanian, kesehatan, perekonomian, dan lain-lain. Dengan demikian untuk negara kita sudah sepantasnya untuk memulai atau lebih menggalakkan lagi penelitian ke arah polusi dan segala efek sampingan yang akan dan mungkin diakibatkannya, mengingat negara kita yang sedang membangun dan mengarah ke penerapan teknologi yang lebih maju lagi, sehingga kemajuan yang kita capai itu tidak menimbulkan bahaya-bahaya yang menjadi masalah di masa mendatang.
Dimuat di harian Suara Karya tanggal 10 November 1980.
Berita-berita tersebut antara lain : Hujan lebat di tengah-tengah musim kemarau yang menyiram ibukota 29 Juli 1980 yang lalu. Curah hujan saat itu di atas 100 mm, merupakan angka di atas normal untuk Jakarta, apalagi saat musim kemarau.
Gelombang panas menimpa Amerika Selatan bagian barat daya, dimana tercatat temperatur berkisar antara 41-44 derajat Celcius, dan 168 korban jiwa karena kepanasan.
Berita kekeringan dari Afrika dan daratan RRC mengakibatkan bencana kelaparan karena panen yang gagal, dan korban jiwa tercatat di Uganda akibat kelaparan juga sehingga sebagian dari bantuan dunia tertuju ke daerah kelaparan ini.
Tercatat pula berita masalah banjir yang melanda Eropah tengah, Uni Soviet dan India. Dikatakan di India 150 orang sedikitnya tewas, 1,2 juta hektar tanah pertanian terendam air, serta ribuan rumah roboh akibat banjir. Juga tak ketinggalan berita tentang musim panas yang terdingin dialami di Jepang dalam kurun waktu 78 tahun terakhir ini.
Kejadian-kejadian tersebut, di atas memang aneh bagi para ahli yang berkecimpung di dalamnya karena merupakan penyimpangan dari kejadian-kejadian (gejala-gejala) cuaca yang normal, yang mungkin mempunyai efek yang panjang terhadap pola musim. Iklim, flora, maupun fauna di suatu daerah.
Nah bila demikian halnya, sekarang kita coba tinjau salah satu masalah ruang yang sangat erat hubungannya dengan gejala-gejala cuaca kita yaitu atmosfer kita sendiri. Tentunya bagian yang dekat dengan permukaan bumi.
Komponen Udara dan Zat Pencemar Udara
Terjadinya banyak penyimpangan di dalam gejala udara (cuaca) itu sangat erat hubungannya dengan konsentrasi dari komponen-komponen penyusun udara tersebut, terutama komponen-komponen asing yang ikut menjadi penghuni udara itu, baik secara temporer maupun secara langgeng.
Dalam keadaan normal komponen-komponen udara terdiri dari: Nitrogen (78,08 pCt), Oxigen (20,95 pCt), Argon (0,93 pCt), Karbon dioxide (0,03 pCt) dan zat-zat lain seperti : Neon, Helium, Methana, Kripton, Oxida Nitrogen, Ozon, Hidrogen, Xenon, Radon dan debu berbentuk partikel-partikel kecil. Ozon walaupun secara kuantitatip sangat kecil jumlahnya di udara namun sangat berperan dalam pembentuk pola cuaca dan bagi kehidupan di bumi. Ozon dapat dikatakan merupakan selimut yang melindungi bumi dari pancaran gelombang sinar matahari yang merusak kehidupan makhluk hidup di bumi. Ozon merupakan hasil reaksi antara ultra ungu dan oxygen. Ozon ini terbesar konsentrasinya pada ketinggian sekitar 30 km. Dengan fungsinya yang sangat penting itu maka apabila kelestarian dari ozon tersebut terganggu maka akan berakibat fatal terhadap pola cuaca pada permukaan bumi. Kalau demikian halnya maka mari kita tinjau terlebih dahulu zat-zat yang dapat mengganggu konsentrasi ozon di udara.
Zat-zat yang dapat merusak kesetimbangan konsentrasi ozon di udara adalah : Zat radioaktip hasil sampingan percobaan-percobaan nuklir, pesawat supersonik, dan zat-zat pencemar udara lainnya seperti Fluorid yang merupakan bahan-bahan sprei yang sedang populer sekarang penggunaannya, misalnya untuk obat nyamuk, minyak rambut, dan lain-lain, walaupun zat-zat yang terakhir ini mempunyai bobot yang cukup sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengendap kembali ke bumi.
Adanya pengrusakan lapisan ozon oleh pencemar-pencemar tersebut di atas, dan bertambahnya polutan (pencemar) di permukaan atau pada udara dekat permukaan karena bertambahnya hasil pembuangan, pembakaran, oleh teknologi maju baik industri maupun kendaraan bermotor, seperti CO2, CO, No, Belerang Oxid, Hydro Carbon, serta dengan debu radioaktip, akan merubah pola cuaca kita dan kemudian akan mempunyai efek lanjutan terhadap pola musim, iklim, flora, dan fauna di permukaan bumi.
Hal lain yang juga sering menyertai polusi udara dekat permukaan adalah : Inversi yang terjadi dekat permukaan yang diakibatkan oleh beberapa zat pencemar yang melayang-layang dekat permukaan antara lain CO2 yang bersifat meneruskan radiasi matahari akan tetapi menyerap radiasi bumi, sehingga terjadilah inversi dimana lapisan udara yang secara teoritis lebih dingin terhadap yang lainnya, karena hal ini maka terjadinya akan terbalik.
Kesimpulan
Dari uraian singkat di atas dapat dipetik bermacam kesimpulan antara lain : Adanya perubahan pada pola cuaca belakangan ini sangat erat kaitannya dengan pencemaran udara. Pola cuaca yang berubah-ubah ini akan mengakibatkan pola musim yang tak menentu yang akan sangat berpengaruh pada sektor-sektor lain seperti sektor pertanian, kesehatan, perekonomian, dan lain-lain. Dengan demikian untuk negara kita sudah sepantasnya untuk memulai atau lebih menggalakkan lagi penelitian ke arah polusi dan segala efek sampingan yang akan dan mungkin diakibatkannya, mengingat negara kita yang sedang membangun dan mengarah ke penerapan teknologi yang lebih maju lagi, sehingga kemajuan yang kita capai itu tidak menimbulkan bahaya-bahaya yang menjadi masalah di masa mendatang.
Dimuat di harian Suara Karya tanggal 10 November 1980.
Akibat polusi udara pada gejala cuaca